- Film-film karya anak bangsa sepertinya memang tidak bisa lagi dianggap sebelah mata lagi. Pasalnya tidak sedikit film karya
yang meraih sukses di kancah internasional dan mendapat pengakuan serta pengharagaan yang bergengsi.
Sayangnya, beberapa dari film tersebut tidak bernasib baik dan malah mendapat pelarangan untuk tayang di negeri sendiri.
yang dilarang tayang namun mendapat atensi yang luar biasa dan banyak penghargaan dari mancanegara.
Film berjudul
Babi Buta yang Ingin Terbang atau yang dalam penayangannya di luar negeri menjadi
Blind Pig Who Wants To Fly garapan sutradara Edwin ini berhasil sukses di mancanegara.
Diantara penghargaan tersebut adalah berhasil meraih penghargaan
Fipresci Prize dari
Rotterdam International Film Festival 2009,
Fipresci/Netpac Award dari
Singapore International Film Festival 2009,
Nominated New Currents Award dari
Pusan International Film Festival 2008,
Young Audience Award dari
Nantes Three Continets Festival 2009, dan terakhir meraih
Best Director dari
Jakarta International Film Festival 2009.
Sayangnya film yang mengisahkan etnis Tionghoa di Indonesia yang tergambar dalam beberapa tokoh di dalam film tersebut tidak boleh tayang di Indonesia. Film garapan Edwin itu menampilkan mozaik dan gambaran 8 tokoh dan bagaimana masing-masing menjadi keturunan Tionghoa di Indonesia dengan durasi sepanjang 77 menit.
[Gambas:Youtube] Meskipun digarap oleh sutradara Asal Amerika Serikat, Joshua Oppenheimer, film
Act of Killing ini merupakan film Indonesia dan mengisahkan kisah tentang tragedi kelam di Indonesia. Film ini mengisahkan sisi lain dari kehidupan pasca tragedi G30S dari sudut pandang berbeda dan menyajikan narasi yang segar.
Film yang berkisah tentang masyarakat yang dianggap berafiliasi dengan PKI (Partai Komunis Indonesia) mengalami perisakan dan hukuman tanpa pengadilan oleh sejumlah ormas di Medan, Sumatera Utara. Selain itu film ini juga membuat rekonstruksi berdasarkan pengakuan pelaku dan narasumber ketika menyiksa terduga anggota PKI tersebut.
Film yang dilarang ini nyatanya meraih sukses dengan menyabet perhargaan bergenggsi dari Inggris, BAFTA (
British Academy of Film and Television Arts), pada 2014 silam dan menjadikan Joshua sebagai nominator Oscar sebagai sutradara terbaik.
[Gambas:Youtube] Mekipun digarap Teddy Soeriaatmadja yang merupakan sutradara terbaik di ajang Festifal Film Indonesia (2006 & 2009), film
Something in The Way tetaplah dilarang tayang di Indonesia. Film yang dibintangi oleh Reza Rahadian dan Ratu Felisha itu mengangkat tema seksualitas, agama, dan kemunafikan yang dikemas sevulgar mungkin dan alasan itulah yang membuat film ini tidak bisa tayang.
Meskipun
Something in The Way ini dilarang tayang, namun tidak menutup bahwa film ini bisa meraih penghargaan yang sangat bergengsi, salah satunya adalah dengan dengan masuk
world premiere dalam
Berlin International Film Festival atau dikenal dengan
Berlinale ke-63 pada 2013 silam.
[Gambas:Youtube] Mendapat apresiasi di luar negeri tetap tidak membuat film
Parts of Heart bisa tayang di Indonesia. Film yang digarap oleh Paul Agusta ini dengan bentuk seperti pembabakan dalam novel ini berhasil sukses di (salah satunya) Festival Film
Internasional Rotterdam pada 2012 silam.
Film yang menceritakan remaja bernama Peter dari usia 10-40 tahun ini berkisah tentang cinta pertamanya, pengalaman seks, kematian pacar, purtus cinta, hingga konflik jangka panjang yang pada puncahnya setelah beberapa tahun menikah dengan seorang perempuan, Peter memitukan menjadi homoseksual dan mempertanyakan komitmen kapada dirinya sendiri.
[Gambas:Youtube] Film yang dipuji sebagai salah satu film terbaik di 2015 oleh
The Huffington Post dan digarap oleh sutradara nominator
Oscar untuk film
Jagal (
The Act of Killing), Joshua Oppenheimer, tidak membuat film ini bisa tayang di Indonesia. Hal itu pun karena Joshua lagi-lagi mengangkat tentang isu PKI dalam film
Senyap (
The Look of Silence) ini.
Film
Senyap ini menjadikan penontonnya di sudut pandang seorang pria yang bekerja sebagai tukang kacamata, yang mana Kakak dari pria tersebut merupakan korban dari salah satu ormas yang menganggap dia simpatisan PKI. Pria tersebut mencoba mencari tahu apa yang terjadi pada kakaknya.
Seperti film lainnya yang dicekal di Indonesia, film ini mendapat sambutan hangat di luar negeri bahkan meraih penghargaan di Festival Film
Venice.
[Gambas:Youtube]