Kisah Bripka Fardiansyah, Polisi yang Rela Jadi Badut demi Tabungan Haji dan Edukasi Anak
Bripka Fardiansyah, seorang polisi yang telah mengabdi sejak 2008, mendadak jadi sorotan publik berkat kisah uniknya mencari nafkah tambahan untuk keluarga.
Meski berdinas di Kepolisian Bangka Belitung, ia tetap meluangkan waktu menjadi badut di berbagai acara, sebuah pekerjaan yang sudah dikenalnya sejak lama.
Jauh sebelum berseragam polisi, Fardiansyah sudah akrab dengan kostum badut. Ia mulai menggeluti profesi ini pada 2006 sebagai pekerjaan sehari-hari.
Namun, aktivitas tersebut sempat terhenti ketika dirinya resmi menjadi polisi pada 2008.
"Biasanya tergantung panggilan, dalam sebulan bisa lima sampai enam panggilan, menghibur anak-anak, sulap di acara sunatan, atau kegiatan sosial," kenang Bripka Fardiansyah di Trans TV, Tendean, Jakarta Selatan, Selasa (12/8).
Tahun 2017, Fardiansyah sempat kembali mengenakan kostum badut untuk mengisi acara, tetapi hanya sebentar sebelum vakum lagi.
Baru pada 2024, ia memutuskan aktif kembali. Keputusan itu mendapat dukungan penuh dari sang direktur, dengan syarat tidak mengganggu tugas kepolisian.
"Saya dibolehkan berkarya, asal prioritas tetap di dinas," ujarnya.
Menariknya, Fardiansyah tidak sekadar ingin menghibur. Ia menjadikan profesi badut sebagai media edukasi bagi anak-anak.
"Saya ingin anak-anak tidak takut sama polisi. Kalau ada kekerasan yang mereka alami, jangan takut lapor. Saya juga ingin menghindari perundungan di kalangan anak-anak," jelasnya.
Selain itu, alasan lain ia kembali menjadi badut adalah untuk menambah tabungan biaya haji dan masa depan anak-anaknya.
Tarif yang ia patok bervariasi, mulai dari Rp300 ribu hingga Rp350 ribu, bahkan sering kali ia tidak menerima bayaran sama sekali.
"Biasanya saya ambil job Sabtu-Minggu, tapi kalau ada dinas ya saya dahulukan. Pintar-pintar bagi waktu saja," ungkapnya.
Keluarga sama sekali tidak mempermasalahkan pekerjaan sampingan ini, asalkan ia tetap mampu membagi waktu.
Masyarakat sekitar pun awalnya terkejut mengetahui seorang polisi menjadi badut, tetapi justru memberikan dukungan.
"Tidak ada rasa malu, karena saya punya tanggung jawab dan keinginan untuk berangkat haji. Ada yang bilang 'emang kurang gaji polisi?', tapi saya cuekin. Fokus saya membahagiakan anak dan istri," tegasnya.
Fardiansyah menargetkan bisa berangkat haji bersama sang istri. Baginya, menjadi badut bukan sekadar pekerjaan sampingan, tetapi wujud dedikasi untuk keluarga dan sarana membangun citra positif polisi di mata masyarakat.
(ikh/fik)