Viral

Nasib Bocah yang Dulu Tanya Soeharto 'Kenapa Presiden Cuma Satu' Terungkap!

nap | Insertlive
Kamis, 01 Jul 2021 11:41 WIB
Siti Hediati Hariyadi berencana menjadikan rumah Presiden RI ke-2 Soeharto sebagai museum. Rumah tersebut berlokasi di Jl Cendana 6-8, Menteng, Jakarta Pusat. Nasib Bocah yang Dulu Tanya Soeharto 'Kenapa Presiden Cuma Satu' Terungkap! (Foto: Agung Pambudhy)
Jakarta, Insertlive -

Masih ingat soal anak kecil yang bertanya kenapa Presiden cuma ada satu pada mendiang Soeharto?

Kejadian itu terjadi tepatnya pada 1994 silam. Seorang anak Sekolah Dasar (SD) bertanya hal tersebut kepada Presiden Republik Indonesia ke-2 itu di acara Hari Anak.

Anak tersebut diketahui bernama Hamli dan tinggal di Provinsi Sulawesi Tengah.

ADVERTISEMENT

"Nama saya Hamli, dari Provinsi Sulawesi Tengah, Kabupaten Banggai. Saya mau tanya, mengapa presiden di Indonesia cuma satu padahal Indonesia sangat luas," tanya Hamli.

Kala itu, sang anak mendapatkan jawaban senyuman dari Soeharto ketika bertanya hal tersebut. Yang dilanjutkan dengan kalimat bahwa pemimpin yang banyak lantas negara menjadi rusak.

Tahun demi tahun berlalu, kisah tentang sang anak bertanya pun mulai dilupakan. Hingga akhirnya di 2016, video rekaman sang anak bertanya itu kembali viral di media sosial.

Banyak yang terheran-heran dengan sikap Hamli dan menudingnya sudah melakukan hal buruk dengan melontarkan pertanyaan tersebut.

Baca halaman selanjutnya ya.


Namun sekarang ini, sosok Hamli si anak pintar dan sering juara 1 itu adalah seorang bapak tiga anak berusia 37 tahun. Tahun ini, anak pertamanya akan masuk SMA.

Hamli bekerja sebagai seorang juru servis elektronik dan membuka kios di Salakan, ibukota Banggai Kepulauan. Diketahui Hamli lulus SMA namun tak melanjutkan kuliah karena keluarganya yang hidup serba kekurangan. 

Dalam sebuah video YouTube, Hamli mengaku sosok Soeharto sebagai presiden Indonesia adalah orang yang asyik, berwibawa, dan tegas.

“Buat saya pribadi, orang asyik. Kalau saya, presiden yang melekat di diri saya, yang bagus waktu itu, ya cuma itu, Pak Harto. Karena saya lihat dia orang berwibawa, tegas orangnya, karena waktu itu belum ada (kesadaran soal pelanggaran) HAM,” jawabnya.

Kemudian ia hanya tertawa ketika banyak orang yang menyebut nasibnya nahas usai melontarkan pertanyaan kenapa presiden cuma satu tersebut.

“Dibilang (netizen) ‘saya sudah mati, sudah dikarungi’. Saya masih di sini, saya masih hidup. Guru-guru dan keluarga saya masih hidup,” pungkasnya.

(nap/fik)
1 / 2
Loading
Loading
ARTIKEL TERKAIT
detikNetwork
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
BACA JUGA
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER