Penjelasan Pakar soal Ghozali Everyday Jual NFT Selfie Capai Miliaran Rupiah

Pemilik akun Ghozali Everyday mendadak jadi perbincangan hangat di media sosial. Hal itu lantaran Ghozali sukses menjual sejumlah foto selfie dirinya yang bernilai mencapai miliaran rupiah di Opensea.io situs penjualan Non-Fungible Token (NFT) terbesar di dunia.
Sebenarnya tak ada yang aneh dari foto selfie milik Ghozali tersebut. Namun, foto-foto tersebut dibuat Ghozali sejak 2017 hingga sekarang.
Ghozali membuat foto tersebut dengan pose berada di depan komputer. Ia mengaku melakukan hal tersebut setiap hari sejak berusia 18 tahun.
"Saya mengambil foto diri saya sejak saya berusia 18 hingga 22 tahun (2017-2021). Itu benar-benar gambar saya berdiri di depan komputer hari demi hari," tulis Ghozali di situs Opensea.io yang dikutip pada Kamis (13/1).
Sejumlah pakar menjelaskan bahwa Non-Fungible Token (NFT) itu merupakan aset digital yang berisi ciri khas unik yang kemudian dijadikan kode digital dan disimpan di blockchain dalam bentuk perjanjian kontrak serta memiliki nilai tinggi bagi pemiliknya.
NFT ini bisa dijelaskan sebagai produk atau barang berbentuk digital yang jumlahnya terbatas dan bisa dikategorikan langka. Selain itu NFT juga memiliki sertifikat yang membuktikan suatu barang digital itu benar-benar asli dan berjumlah terbatas.
Jumlah terbatas serta keaslian barang yang dibuktikan lewat sertifikat membuat NFT bisa memiliki nilai jual yang fantastis, tergantung keunikannya. Salah satu contohnya cuitan pertama Jack Dorsey pendiri Twitter terjual seharga USD2,9 juta atau sekitar Rp41,3 miliar.
Ghozali menjadi sebuah fenomena unik dari penjualan NFT yang membuat heboh. Ia berhasil menjual foto selfie kepada 450 orang di dunia dengan nilai jual mencapai 302 ETH atau kini setara Rp14,5 miliar.
Pakar dari Associate Professor SEB Telkom University bernama Andry Alamsyah menilai bahwa foto selfie Ghozali memang seperti benda atau karya seni. Nilainya tak akan pernah konstan dan bisa saja melonjak suatu waktu tergantung minat pasar.
"Betul. Karena seni. Ya, jangan heran. Selera pasar itu unik. Motivasi beli bukan eksklusif dari diri sendiri. Kebanyakan dari lingkungan, ekosistem, dan hype," kata Andry dikutip dari CNN Indonesia, Kamis (13/1).
Profesor Universitas Amsterdam bernama Olav Velthuis memberikan pandangan dari sisi sosiologi dalam seni. Ia menjelaskan bagaimana uniknya dan pasar seni bekerja sehingga tidak bisa ditebak.
"Banyak orang mengejar sejumlah kecil artis. Itulah yang menaikkan harga. Pasar seni berfungsi sebagai mesin pemasaran konsensus besar," jelas Velthuis dikutip dari Vox.
Selain itu Velthuis juga berujar banyak konsumen di pasar seni yang sesuka hati melihat kualitas dan nilai sebuah karya karena minat tertentu Hal itu yang kemudian memicu ketertarikan mereka pada karya tersebut dan berani untuk mengeluarkan uang.
"Jadi yang dilakukan orang adalah melihat sinyal kualitas. Sinyal-sinyal itu misalnya apa yang dikatakan seorang kurator berpengaruh tentang seorang seniman; jika seniman mengadakan pameran di museum; jika kolektor berpengaruh membeli karyanya," kata Velthuis.
"Karena semua orang, setidaknya sampai batas tertentu, melihat sinyal yang sama, pada satu titik mereka mulai menyepakati siapa artis yang paling diinginkan," tutup Velthuis.
Tak heran bila foto selfie yang dibuat Ghozali sejak masih berusia 18 tahun di 2017 menjadi sebuah karya seni yang diminati oleh orang-orang tertentu. Foto selfie tersebut disebut punya nilai karena dibuat dengan konsistensi selama bertahun-tahun.
(ikh/and)
Drama Musikal MAR Sajikan Romansa Aryati dan Mar Berlatar Bandung Tahun 1946
Rabu, 26 Feb 2025 20:31 WIB
Gegara NFT, Brandon Salim Jadi Sahabatan dengan Brooklyn Beckham
Rabu, 01 Nov 2023 17:00 WIB
Dibuat Versi NFT, Catatan 'Hey Jude' The Beatles Terjual Rp1,1 Miliar
Rabu, 09 Feb 2022 18:25 WIBTERKAIT