Sejarah dan Makna Santa Claus: Dari Santo Nicholas hingga Ikon Natal Modern
Sejarah dan Makna Santa Claus: Dari Santo Nicholas hingga Ikon Natal Modern (Foto: Rifkianto Nugroho)
Sosok Santa Claus selalu identik dengan Natal, lengkap dengan kostum merah, janggut putih, dan karung hadiah yang membawa keceriaan, terutama untuk anak-anak. Namun di balik figur ceria tersebut, tersimpan sejarah panjang dan makna mendalam yang tak banyak orang ketahui. Karakter ini bukan sekadar tokoh dongeng, melainkan hasil perjalanan sejarah dan budaya yang berakar dari kisah nyata seorang santo hingga akhirnya menjelma menjadi ikon Natal modern yang dikenal di seluruh dunia.
Lalu, bagaimana sebenarnya asal-usul Santa Claus dan makna yang terkandung di balik sosok legendaris ini? Berikut sejarah dan makna Santa Claus yang telah dirangkum Insertlive.
Sosok Santo Nicholas sebagai Santa Claus
Mengutip Ensiklopedi Gereja (2005) karya Adolf Heuken, figur Santa Claus berawal dari sosok Santo Nicholas, seorang anak yang lahir pada abad ke-3 di Myra, Patara, wilayah yang kini dikenal sebagai Turki. Nicholas berasal dari keluarga Kristen yang berkecukupan dan sejak kecil telah dididik dengan nilai kasih, kepedulian, serta kedermawanan terhadap sesama.
Seiring waktu, Nicholas mengabdikan hidupnya untuk pelayanan dan diangkat menjadi Uskup Myra. Sikapnya yang murah hati membuat namanya dikenang luas dan melahirkan berbagai kisah yang berkembang menjadi legenda. Salah satu cerita paling terkenal adalah saat ia menolong tiga gadis miskin yang terancam dijual oleh ayah mereka karena himpitan ekonomi. Secara diam-diam, Nicholas melemparkan sejumlah uang ke dalam rumah mereka sebagai bentuk bantuan.
Konon, uang tersebut jatuh ke dalam sepatu dan kaus kaki yang sedang dijemur. Dari kisah inilah tradisi menggantung kaus kaki saat malam Natal dipercaya bermula, sebagai simbol harapan akan datangnya Santa yang membawa hadiah.
Tak hanya itu, Santo Nicholas juga dikenal sering menolong mereka yang tertindas. Salah satu kisah lainnya menyebutkan bagaimana ia menyelamatkan seorang budak bernama Basilios dari perbudakan yang dilakukan oleh seorang raja Arab. Berbagai cerita inilah yang kemudian membentuk citra Santo Nicholas sebagai figur pelindung, dermawan, dan penuh kasih, nilai-nilai yang hingga kini melekat kuat pada sosok Santa Claus.
Sejarah Santa Claus dan Perkembangannya di Berbagai Budaya
Legenda tentang "Santo" Nicholas yang dikenal dermawan perlahan menyebar dan diadaptasi oleh berbagai budaya dunia. Di Belanda, sosok ini dikenal dengan nama Sinterklaas dan dirayakan secara khusus setiap tahunnya. Sementara di Amerika Serikat, namanya berevolusi menjadi Santa Claus dan kemudian melekat erat dalam tradisi perayaan Natal hingga saat ini.
Citra Santa Claus modern yang akrab dikenal publik tidak lepas dari pengaruh budaya populer. Puisi legendaris berjudul A Visit from St. Nicholas yang terbit pada 1823 menjadi tonggak penting dalam membentuk gambaran Santa sebagai pembawa hadiah yang ceria. Sosoknya semakin mengakar kuat lewat kampanye iklan Coca-Cola pada era 1930-an yang menampilkan Santa bertubuh gempal, berbusana merah, ramah, dan penuh senyum. Sejak saat itu, visual Santa Claus menjadi ikon global yang terus diwariskan lintas generasi.
Seiring waktu, kisah Santa Claus berkembang dalam berbagai versi di sejumlah negara. Berikut beberapa versi cerita Santa Claus yang paling dikenal.
1. Versi Nasrani Kuno
Dalam tradisi Nasrani kuno, Santa Claus merujuk pada Santo Nicholas, seorang uskup yang berasal dari Myra, wilayah yang kini dikenal sebagai Demre di Turki. Ia hidup pada abad ke-3 dan dikenal luas karena kebaikan hatinya. Santo Nicholas kerap membantu kaum miskin, merawat orang sakit, serta membela mereka yang tertindas.
Ketulusan dan kepeduliannya membuat Santo Nicholas dihormati sebagai santo pelindung, terutama bagi anak-anak dan mereka yang membutuhkan pertolongan. Nilai kasih, empati, dan kemurahan hati inilah yang kemudian menjadi fondasi karakter Santa Claus hingga kini.
2. Versi Cerita Rakyat Eropa
Di Eropa, khususnya Jerman dan kawasan Nordik, kisah Santa Claus dipengaruhi oleh mitologi kuno. Salah satu versi menyebutkan bahwa sosok ini terinspirasi dari Odin, dewa utama dalam mitologi Nordik. Pada perayaan Yule atau festival musim dingin, Odin dipercaya melakukan perjalanan bersama para dewa.
Anak-anak pada masa itu konon akan meletakkan sepatu berisi jerami, wortel, atau gula di dekat perapian atau cerobong sebagai persembahan untuk kuda tunggangan Odin. Sebagai balasan, mereka akan mendapatkan hadiah manis. Tradisi ini kemudian berasimilasi dengan perayaan Natal.
Di Belanda, Santa dikenal bersama asistennya yang disebut Zwarte Piet. Karakter ini pertama kali diperkenalkan dalam buku anak-anak berjudul Sint Nikolaas en zijn Knecht karya Jan Schenkman pada 1850. Namun seiring perkembangan zaman, kisah Zwarte Piet menuai kritik dan perdebatan karena dinilai mengandung unsur diskriminatif, sehingga banyak negara mulai menyesuaikan kembali narasi tersebut.
3. Versi Fiksional
Gambaran Santa Claus yang paling populer saat ini banyak dipengaruhi oleh karya sastra. Pada 1822, penyair Clement Clarke Moore memperkenalkan sosok Santa lewat puisinya yang terkenal. Dalam karya tersebut, Santa digambarkan sebagai St. Nick, figur kecil yang ceria, gesit, dan menggemaskan, dengan perut bulat yang bergoyang saat tertawa.
Puisi ini juga menjadi asal mula berbagai elemen ikonik Santa Claus, mulai dari kebiasaannya masuk lewat cerobong asap hingga tradisi meninggalkan hadiah di dalam kaus kaki yang digantung di dekat perapian. Tradisi inilah yang kemudian menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Natal di banyak negara.
Perawakan Santa Claus yang Sebenarnya
Jika menilik jejak sejarah tokoh yang menginspirasi Santa Claus, sosok aslinya ternyata jauh dari gambaran pria gemuk berbalut baju merah yang selama ini dikenal. Berdasarkan catatan sejarah tempat tinggalnya, Santo Nicholas diperkirakan memiliki ciri fisik khas wilayah Mediterania. Ia diyakini berusia sekitar 60 tahun, berkulit zaitun seperti kebanyakan orang Yunani, bermata cokelat, serta berambut abu-abu keperakan.
Gambaran ini diperkuat lewat rekonstruksi wajah menggunakan teknologi forensik yang dilakukan para ilmuwan. Hasilnya menunjukkan wajah Santo Nicholas dengan raut tegas dan alami. Bahkan, terdapat dugaan hidungnya mengalami kerusakan akibat cedera. Cedera ini diyakini terjadi ketika ia mengalami penganiayaan pada masa penindasan umat Kristen di bawah kekuasaan Kaisar Diocletian dari Kekaisaran Romawi.
Ini diungkapkan oleh para ilmuwan ketika merekonstruksi wajahnya menggunakan teknologi forensik. Mereka juga menduga Santa Claus memiliki hidung yang rusak karena mengalami cedera setelah dianiaya orang-orang Kristen di bawah kekuasaan Kaisar Diocletian dari Kerajaan Romawi.
Sosok Santa Claus yang kini dikenal luas baru terbentuk berabad-abad kemudian. Ilustrator asal Amerika Serikat kelahiran Jerman, Thomas Nast, menjadi figur penting di balik visual Santa modern. Pada 1881, Nast memperkenalkan Santa Claus sebagai tokoh ceria bertubuh gemuk, berjanggut putih, dan mengenakan pakaian merah. Ilustrasi inilah yang kemudian menjadi fondasi citra Santa Claus di budaya populer hingga saat ini.
Makna Santa Claus dalam Perayaan Natal
Dalam perayaan Natal, Santa Claus selalu hadir sebagai simbol yang ceria dan hangat. Sosoknya lekat dengan malam penuh kebahagiaan, hadiah, dan senyum anak-anak. Namun lebih dari sekadar pembawa hadiah, Santa Claus merepresentasikan nilai luhur tentang kemurahan hati dan kepedulian terhadap sesama.
Kisah karakter ini mengajarkan pentingnya berbagi tanpa mengharap balasan. Pesan ini relevan untuk siapa saja, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa agar tetap peka terhadap sekitar dan tidak ragu untuk berbagi. Pada akhirnya, Santa Claus menjadi pengingat bahwa Natal tidak harus dirayakan dengan kemewahan ataupun penuh dengan materi, melainkan dengan ketulusan, perhatian, dan keinginan untuk berbuat baik kepada sesama.
(sgr/yoa)
Urutan Bacaan Liturgi Natal yang Perlu Diketahui
Rabu, 17 Dec 2025 15:00 WIB
Alasan Rusia Rayakan Natal Tiap Tanggal 7 Januari
Sabtu, 20 Dec 2025 10:00 WIB
Perbedaan Perayaan Natal dan Tahun Baru di Indonesia dan Negara Lain
Sabtu, 20 Dec 2025 14:30 WIB
Alasan Pohon Cemara Jadi Simbol Natal, Ternyata Ini Asal-Usulnya
Jumat, 12 Dec 2025 09:40 WIB
TERKAIT