Kata 'Slop' Dinobatkan Jadi Kata Terbaik 2025 Versi Kamus Merriam-Webster

Jakarta, Insertlive -

Kamus Merriam-Webster resmi menobatkan kata slop sebagai kata terbaik tahun 2025.

Istilah ini mencuat seiring pesatnya penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dalam berbagai bidang sepanjang tahun ini.

Dalam perkembangannya, slop digunakan untuk menggambarkan konten digital yang dinilai menyeramkan, aneh, hingga terbukti palsu.

Penyebaran istilah tersebut semakin masif di ruang digital, terutama karena kemunculan konten-konten yang dihasilkan oleh AI generatif.

Presiden Kamus Merriam-Webster, Greg Barlow, menyebut slop sebagai kata yang sangat mencerminkan fenomena teknologi masa kini.

"Ini adalah bagian dari teknologi transformatif, AI, dan ini adalah sesuatu yang dianggap menarik, menjengkelkan, dan sedikit menggelikan oleh orang-orang," kata Barlow, dikutip dari Associated Press, Selasa (16/12).

Barlow menjelaskan bahwa kata slop sejatinya bukan istilah baru. Kata tersebut pertama kali digunakan pada era 1700-an untuk menggambarkan lumpur lunak. Seiring waktu, maknanya berkembang menjadi sesuatu yang bernilai rendah.

Definisi tersebut kemudian diperluas untuk konteks modern, yakni merujuk pada konten digital berkualitas rendah yang biasanya diproduksi dalam jumlah besar melalui AI.

"Anda tahu, video-video absurd, gambar iklan yang aneh, propaganda murahan, berita palsu yang terlihat nyata, buku digital sampah yang ditulis oleh AI," ujar Barlow.

Baca Juga : Daftar 5 Artis Paling Banyak Dicari di Google 2025, Ada Kenny Austin hingga Aloy

Selama lebih dari satu dekade terakhir, Kamus Merriam-Webster rutin memilih kata terbaik tahunan yang mencerminkan dinamika sosial, budaya, dan teknologi global. Berikut daftar kata terbaik versi Merriam-Webster dalam beberapa tahun terakhir.

2024: polarisasi

2023: autentik

2022: gaslighting

2021: vaksin

2020: pandemi

2019: mereka

2018: keadilan

2017: feminisme

2016: surealis

2015: isme

Penobatan kata slop sebagai kata terbaik 2025 dinilai mencerminkan kekhawatiran sekaligus ironi masyarakat terhadap derasnya arus konten digital di era kecerdasan buatan yang kian sulit dibedakan antara fakta dan rekayasa.

(ikh/ikh)

Tonton juga video berikut: