Mengenal Tanaman Penghasil Emas yang Tumbuh di Indonesia, Begini Faktanya

Indonesia terkenal akan keragaman hayatinya. Negara kita bahkan memiliki tanaman penghasil emas.
Tanaman tersebut tidak hanya satu, tetapi ada beberapa jenis dan tumbuh subur di wilayah Nusantara.
Jika tanaman penghasil emas ini dibudidayakan dengan baik, tentunya bisa menghasilkan pendapatan bernilai tinggi.
Pakar Biologi Tumbuhan Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Hamim, mengungkapkan bahwa tumbuhan ternyata memiliki mekanisme fisiologis yang membuat mereka mampu menyerap logam berat.
Ia juga mengatakan bahwa logam berat merupakan komponen yang tidak mudah terdegradasi dan mampu bertahan di dalam tanah hingga ratusan tahun lamanya.
Lalu, ada beberapa jenis tumbuhan yang mampu menyerap logam berat dalam jumlah besar dalam jaringannya.
Berkat kemampuan tersebut, tumbuhan dapat digunakan sebagai bahan pembersih lingkungan atau fitoremediasi.
"Beberapa jenis tumbuhan dapat menyerap logam berat dalam jumlah besar di jaringannya, yang disebut hiperakumulator," jelas Hamim dalam Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap IPB University 2021, mengutip dari CNN Indonesia.
Selain sebagai fitoremediasi, tanaman penghasil emas ini juga digunakan untuk menambang logam-logam yang memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti nikel, perak, emas, platina, dan thallium.
Tumbuh Subur Di Beberapa Wilayah Indonesia
Tanaman penghasil emas banyak tersebar di wilayah Indonesia bagian Timur, terutama Kalimantan, Sulawesi, Maluku, hingga Papua.
Daerah tempat tanaman tersebut berkembang diketahui memiliki kandungan logam yang cukup tinggi, seperti tanah serpentin dan ultrabasa.
Namun menurut Prof Hamim, potensi tumbuhan hiperakumulator belum diproses secara optimal. Ia menyebut dibutuhkan perhatian lebih dari berbagai pihak agar tanaman-tanaman itu bisa dimanfaatkan untuk fitoremediasi dan fitomining.
Hasil Eksplorasi Tanaman Penghasil Emas
Prof Hamim menyebut potensi tumbuhan penghasil emas belum diproses secara optimal usai menengok hasil eksplorasi tumbuhan di sekitar tailing dam, lokasi limbah sisa pemisahan bijih logam mulia dengan material non-ekonomis, tambang emas PT Antam UBPE Pongkor. Hampir seluruh jenis tumbuhan di sana dapat mengakumulasi emas, meskipun dalam kadar rendah.
Ia menerangkan bahwa salah satu jenis tanaman penghasil emas tersebut berasal dari kelompok sayuran, seperti bayam-bayaman.
Terdapat pula kelompok bayam-bayaman yang tumbuh di sekitar tailing dan mampu mengakumulasi emas tertinggi. Namun, karena biomassanya rendah, maka potensi fitominingnya pun ikut rendah.
"Tanaman Lembang (Typha angustifolia) juga cukup tinggi mengakumulasi logam emas (Au). Typha dapat menghasilkan lima sampai tujuh gram emas per hektar. Hal ini tentu memerlukan pendalaman lebih lanjut," ungkap Hamim.
Dalam eksperimennya, penggunaan dark septate endophyte (DSE) dan jamur mikoriza terbukti membantu tanaman beradaptasi dengan lingkungan yang tercemar logam berat. Jamur ini dapat membantu program fitoremediasi.
"Penggunaan amonium tiosianat (NH4SCN) sebagai ligan pelarut emas juga dapat meningkatkan biomassa tanaman. Ini merupakan potensi yang baik untuk program phytomining di tailing tambang emas," pungkasnya.
(Nastiti Swasiwi Nurfiranti/KHS)TERKAIT