Mengenal 9 Wali Songo dari Cara Dakwah, Wilayah Penyebaran, hingga Asal Usulnya

Nastiti Swasiwi Nurfiranti | Insertlive
Sabtu, 16 Mar 2024 21:00 WIB
wali songo Mengenal 9 Wali Songo dari Cara Dakwah, Wilayah Penyebaran, hingga Asal Usulnya/Foto: Instagram.com/santrinasionalis
Jakarta, Insertlive -

Wali Songo merupakan tokoh-tokoh agama yang berperan besar dalam penyebaran Islam di tanah Jawa dan wilayah sekitarnya. Dalam bahasa Jawa, Wali Songo berarti wali yang berjumlah sembilan.

Sesuai namanya, jumlah para wali tersebut ada sembilan. Namun, pendapat lain juga mengatakan bahwa kata "songo" adalah turunan dari bahasa Arab tsana, yang berarti mulia.

Sembilan wali itu memiliki cara dakwah yang unik untuk mencapai misinya, seperti melalui pendidikan, tradisi, dan bahkan seni.

ADVERTISEMENT

Adapun, strategi dakwah Wali Songo tersebut berhasil membuat masyarakat Jawa menerima agama Islam dan belajar tentang Islam secara bertahap.

Untuk mengetahui cara dakwah unik tersebut, berikut adalah pembahasan mengenai Wali Songo dengan cara dakwah, wilayah penyebaran, hingga asal usulnya.

1. Sunan Gresik

Sunan Gresik memiliki nama asli Maulana Malik Ibrahim. Ia tinggal di daerah Gresik untuk menyebarkan ajaran Islam. Sayangnya, tidak diketahui tahun lahirnya.

Berdasarkan silsilahnya, Sunan Gresik merupakan keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad saw melalui Siti Fatimah yang menikah dengan Ali bin Abi Thalib.


Ia merupakan ayah dari Sunan Ampel dan kakek dari Sunan Bonang serta Sunan Drajat.

Sunan Gresik adalah seorang ahli tata negara yang menjadi penasehat raja, guru para pangeran, dan dermawan terhadap fakir miskin.

Beliau wafat pada 8 April 1419 M dan dimakamkan di desa Gapura, kota Gresik. Hingga kini, makamnya banyak diziarahi oleh masyarakat.

2. Sunan Ampel

Raden Rahmat atau Sunan Ampel adalah putra dari Ibrahim As-Samarkandi, yang menikah dengan Puteri Raja Champa Vietnam bernama Dewi Candra Wulan.

Sunan Ampel menyebarkan ajaran Islam di Jawa Timur dan merupakan sunan pertama di Demak. Ia adalah pemimpin asli Wali Songo.

Sunan yang lahir di Kerajaan Champa tersebut berhenti di Tuban, lalu berkenalan dengan tokoh masyarakat bernama Ki Wiryo Sarojo dan Ki Bang Kuning.

Kedua tokoh itu akhirnya memeluk Islam, yang mempermudah usaha Sunan Ampel dalam mendekati masyarakat dan melakukan dakwah Islam.

Sunan Ampel wafat pada tahun 1406. Ia dimakamkan di Kompleks Masjid Ampel, Surabaya.

3. Sunan Bonang

Sunan Bonang adalah putra dari Sunan Ampel dari istri yang bernama Dewi Candrawati. Ia bernama asli Maulana Makhdum Ibrahim.

Beliau dikenal sebagai ahli Ilmu Kalam dan Ilmu Tauhid. Ia banyak menuntut ilmu di Pasai dan mendirikan pesantren di daerah Tuban sekembali dari Pasai.

Semasa hidupnya, Sunan Bonang sering berdakwah melalui kesenian agar dapat menarik masyarakat Jawa untuk memeluk agama Islam. Dua lagu terkenal ciptaannya adalah Wijil dan Tombo Ati.

Sunan Bonang memasukkan rebab dan bonang sebagai pelengkap dari gamelan Jawa dalam lagunya. Hal ini ditujukan untuk menambah unsur Islami.

Selain itu, Sunan Bonang juga berdakwah dengan cara mengubah nama-nama dewa dengan nama-nama malaikat dalam Islam.

Sunan Bonang tutup usia pada tahun 1525 dan dimakamkan di Tuban, daerah pesisir utara Jawa.

4. Sunan Drajat

Sunan Drajat bernama asli Raden Qasim, yang juga putra dari Sunan Ampel. Ia berdakwah dengan menggunakan kegiatan sosial sebagai ujung tombaknya di daerah Drajad, kecamatan Paciran, Lamongan.

Beliau mempelopori penyantunan anak yatim dan orang sakit. Selama menyebarkan Islam, ia sangat mengedepankan sikap dermawan, kerja keras, dan meningkatkan kemakmuran rakyat.

5. Sunan Kudus

Sunan Kudus atau Ja'far Shadiq lahir pada 9 September 1400 M. Ia merupakan putra dari Raden Usman Haji, yang menyebarkan agama Islam di daerah Jipang Panolan, Blora, Jawa Tengah.

Sebutan 'Kudus' tercipta karena ia memilih daerah Kudus sebagai tempat berdakwah terlamanya. Sunan Kudus dipercaya untuk mengendalikan pemerintahan di daerah Kudus hingga menjadi bupati sekaligus pemimpin agama.

Sunan Kudus dijuluki dengan wali al-ilmi karena sangat menguasai ilmu-ilmu agama, khususnya tafsir, fikih, usul fikih, tauhid, hadis, serta logika.

Selain itu, ia memiliki rasa toleransi antar agama yang tinggi, sehingga cara dakwahnya adalah dengan mendekatkan agama Hindu Budha ke Islam.

Sunan Kudus wafat di Kudus pada tahun 1550 dan dimakamkan di Kompleks Masjid Menara Kudus.

6. Sunan Giri

Sunan Giri memiliki nama asli Raden 'Ainul Yaqin, yang merupakan putra dari Syekh Maulana Ishaq (murid Sunan Ampel). Ia dikenal juga dengan nama Raden Paku.

Sunan Giri ditugaskan oleh Sunan Ampel untuk berdakwah di Blambangan. Ia pernah belajar di pesantren Ampel Denta, kemudian melakukan ibadah haji setelah dewasa bersama Sunan Bonang.

Saat hendak melaksanakan ibadah haji tersebut, keduanya singgah di Pasai untuk memperdalam ilmu keimanan dan tasawuf.

Pada sebuah kisa, Sunan Giri diceritakan sebagai salah satu dari Wali Songo yang dapat mencapai tingkatan ilmu laduni, pengetahuan yang datang langsung dari Allah Ta'ala tanpa perantara.

Sunan Giri meninggal sekitar awal abad ke-16 dan dimakamkan di Bukit Giri, Gresik.

7. Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga adalah anak dari adipati Tuban bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Ia memiliki nama kecil Raden Sahid dan juga dijuluki Syekh Malaya.

Beliau mempelajari Islam dari Sunan Bonang, yang kemudian juga menerapkan cara dakwah dengan seni dan budaya seperti sang guru.

Kesenian yang sering digunakannya untuk menyebarkan Islam adalah wayang kulit dan tembang suluk. Banyak masyarakat yang percaya bahwa tembak suluk Lir-Ilir dan Gundul Pacul adalah hasil karya Sunan Kalijaga.

Sunan Kalijaga wafat pada pertengahan abad 15 dan dimakamkan di desa Kadilangu, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

8. Sunan Muria

Raden Umar Said atau Sunan Muria merupakan anak dari Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama 'Muria' diperkirakan oleh masyarakat sekitar Kota Kudus berasal dari Gunung Muria.

Sunan Muria bermukim dan berdakwah di Bukit Muria. Cara dakwahnya sama seperti sang ayah, yaitu dengan kesenian. Selain itu, ia juga mengajarkan cara bercocok tanam, jual beli, dan melaut kepada rakyat jelata.

Dalam sejarah, tidak diketahui persis tahun meninggalnya. Menurut perkiraan, Sunan Muria meninggal pada abad ke-16 dan dimakamkan di Bukit Muria, Kudus.

9. Sunan Gunung Jati

Sunan yang terakhir adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Ia berasal dari Pasai dan pendiri dinasti kesultanan Banten, yang dimulai dengan putranya bernama Sultan Maulana Hasanudin.

Sunan Gunung Jati juga merupakan pendiri Kesultanan Cirebon.

Pada tahun 1527, ia menyerang Sunda Kelapa di bawah pimpinan panglima perang Kesultanan Demak, Fatahillah.

Sunan Gunung Jati adalah sosok yang cerdas dan tekun dalam menuntut ilmu. Karena kesungguhannya tersebut, ia diizinkan ibunya untuk menuntut ilmu ke Mekkah dan berlanjut ke Mesir.

Sunan Gunung Jati wafat di Cirebon pada tahun 1570 saat usianya diperkirakan 80 tahun. Makamnya berada di Kompleks Pemakaman Wukir Sapta Pangga di Gunung Jati, Desa Astana Cirebon, Jawa Barat.

(Nastiti Swasiwi Nurfiranti/dis)
Tonton juga video berikut:
Loading
Loading
BACA JUGA
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
detikNetwork
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER