Perjalanan Seni 5 Dekade Nunung WS Dibukukan

Nunung WS merupakan salah satu seniman perempuan Indonesia yang masih produktif berkarya di usia yang tak lagi muda.
Nunung tetap bisa melahirkan karya-karya yang berisi perenungan diri di tengah perannya sebagai istri sekaligus ibu.
Baginya, memantik semangat untuk tetap produktif menjadi hal yang konsisten ia lahirkan dari dalam diri sendiri.
"Kalau kita menjadi seniman, itu kita tidak perlu dapat (semangat) dari luar, tapi juga menghidupkan semangat dari diri. Itu menjadi komitmen saya, apa pun yang saya hadapi, semangat itu tetap ada dan saya bangun," kata Nunung WS dalam sesi talkshow Art Jakarta 2023 di JiExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (19/11).
"Saya sejak awal berkomitmen antara suami dan istri itu nomor satu. Saya bilang gini 'Saya mau jadi seniman, saya nggak mau seniman putus setelah menikah' jadi ya jalan aja begitu. Jadi komitmen aja yang saya
pegang," lanjutnya.
![]() |
Semangat Nunung terus berkarya tersebut membuat Alia Swastika, Chabib Duta Hapsoro, dan Indah Ariani tergerak membukukan karya-karya Nunung.
Dengan dukungan D Gallerie dan penerbit Adhvan Media buku yang diberi judul Jiwa, Cita, dan Nuansa: Lima Dekade Nunung WS Berkarya ini akhirnya hadir dan diluncurkan di Art Jakarta 2023.
Esti Nurjadin perwakilan D Gallerie menyebut lukisan-lukisan Nunung memiliki jiwa tersendiri yang menyentuh bagi penikmatnya. Hal inilah yang mendorongnya mau menerbitkan buku ini.
"Buat saya karya Ibu Nunung tuh memiliki faktor x yang langsung menyentuh hati gitu karya-karya abstrak ini. Kalau seniman lain mungkin membuat landscape, nah kalau Ibu Nunung tuh melukis jiwa, jadi jiwa yang tidak bisa dilihat itu divisualisasikan," ucap Esti Nurjadin.
![]() |
Buku yang berisi karya Nunung dalam lima dekade terakhir ini hadir dalam tiga bahasa sekaligus, Indonesia, Inggris dan Jepang.
Bukan tanpa sebab, tiga bahasa dipilih agar karya-karya Nunung dalam buku ini juga bisa dinikmati penikmat seni di luar Indonesia dan bisa jadi bahan pembelajaran di negara lain.
"Karena ini buku Ibu Nunung yang sayang kalau hanya diterbitkan dengan Bahasa Indonesia. Kenapa Jepang? Karena Bu Nunung pernah pameran di Mori dan sambutannya baik," jelas Winda Malika Siregar perwakilan penerbit.
TERKAIT