Budayawan Jawa Gelar Ritual Suro Ruwutan di Tugu Muda Semarang
Memasuki satu Muharam atau satu Suro, beberapa budayawan Semarang menggelar prosesi budaya meruwat atau membersihkan tugu muda disertai doa agar kota Semarang segera pulih dari zona merah COVID-`19.
Prosesi budaya ruwatan atau pembersihan tugu muda di kota Semarang diawali dengan jalan keliling tugu muda sambil membawa sesaji dan tumpeng. Tim budayawan kemudian memasuki area pusat tugu muda dan melakukan prosesi ritual pembersihan dari doa hingga penyiraman air.
Ruwatan atau pembersihan tugu muda yang menjadi ikon kota Semarang ini digelar sebagai simbol permohonan doa agar kota Semarang dapat segera pulih dari zona merah COVID-19.
Pengambilan waktu prosesi tepat pada hari Kamis (20/8) yang merupakan hari pertama Suro atau Muharam sendiri sengaja dipilih agar prosesi tidak bersamaan dengan proses ritual yang digelar di keraton baik Solo maupun Yogyakarta.
"Saya sangat prihatin sekali sebagai tunggak perjuangan tugu muda itu salah satunya pertempuran lima hari di Semarang saya sendiri orang Semarang , saya peduli dengan tugu muda yang jelas yang cuman hanya untuk simbol , itu saya menangis , dari kecil sampe saya seperti ini," ujar Mbah Tejo, seorang budayawan Jawa.
"Tugu muda cuman untuk lihat lihat an saja , belom pernah ada yang membersihkan seperti ini , lah di tahun ini 2020 dengan tahun yang sama , moga moga di bulan Suro ini , di tahun ini , kebetulan di kota Semarang masih merah , moga moga semuanya ada sengkolo sengkolo kalau sekarang yang namanya COVID itu segera singkir dari kota Semarang , dengan adanya kita bersihkan dari tonggak tugu perjuangan ini," lanjutnya.
Bagi masyarakat jawa, bulan Suro memiliki kekuatan yang sakral bagi manusia untuk merefleksi dan memperbaiki diri. Tak heran, jika di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Yogyakarta menggelar prosesi ritual dalam menyambut dan memperingati datangnya Suro.