Serial menegangkan ini mengikuti kisah sekelompok murid SMA yang terperangkap di sekolah yang menjadi tempat penyebaran wabah zombi.
Mereka kemudian harus bersatu dan berjuang bersama untuk bertahan hidup sampai bala bantuan tiba.
1. Diangkat dari Webtoon yang Digemari para Pemain
All of Us Are Dead merupakan drama adaptasi webtoon populer karya Joo Dong Geun yang disebut sebagai 'novel grafis zombie bergaya Korea' berkat imajinasinya yang liar, kisahnya yang mencekam, dan detailnya yang cermat.
Popularitas webtoon ini juga menjadi daya tarik bagi para pemain untuk memutuskan mengambil peran.
Yoon Chan Young menyatakan antusiasmenya ketika ditawari audisi karena familier dengan webtoon aslinya. Aktris Lee Yoo Mi juga mengatakan hal serupa dan mengaku penggemar webtoon tersebut.
"Saya sudah membaca Webtoon aslinya dan selalu penasaran dengan karakter yang saya perankan. Merupakan suatu kehormatan bagi saya untuk bisa memainkannya," ungkap Lee Yoo Mi dalam konferensi pers.
Sutradara Lee JQ sendiri mengatakan ada sebuah tekanan dan tanggung jawab besar dalam mengadaptasi sebuah webtoon legendaris ini.
"Kami bertemu dengan penulis aslinya dan berdiskusi banyak tentang bagaimana kami bisa menghidupkan ceritanya. Kami ingin mengangkat tentang harapan seperti apa yang harus dibawa ketika menjalani hidup, dan apa artinya menjadi manusia. Tidak hanya menghibur, kami juga ingin membuat sebuah drama yang dapat membuat orang berpikir," tuturnya.
 All of Us Are Dead/ Foto: (dok. Instagram @netflixkr) |
2. Miliki Hal Berbeda dari Genre Zombi Lain
Meski zombi bukan genre yang asing bagi industri film Korea, All of Us Are Dead menawarkan hal unik yang membedakannya dari yang lain.
Menurut sang sutradara, serial ini berfokus pada sekolah sebagai latar utamanya di mana kita dapat melihat anak-anak muda membuat pilihan mereka.
Aktor Lim Jae Hyeok menambahkan bahwa latar sekolah juga tidak memungkinkan para murid untuk memiliki senjata ampuh, seperti senapan, layaknya kisah-kisah zombi lainnya.
"Kami hanya menggunakan apa yang ada di sekitar, seperti peralatan sekolah, meja, dan kursi. Menurut saya, ini faktor yang sangat membedakan," jelasnya.
3. Persiapan Adegan Laga yang Menantang
Menyuguhkan banyak adegan laga, para pemain membutuhkan pelatihan tiga bulan yang menantang. Yoon Chan Young berbagi kisah mengenai beratnya latihan bela diri yang dilakukan selama sejam penuh sebanyak tiga kali.
Efek pelatihan ini juga dirasakan oleh Lomon yang hanya bisa terbaring di kasur selama tiga hari dan membutuhkan akupunktur.
Sutradara Lee JQ pun bercerita mengenai kekhawatirannya mengenai para pemain yang sepertinya membutuhkan stunt double.
"Meski sempat khawatir, ternyata mereka cepat sekali membaik karena masih muda. Mereka mampu membangun energi dengan cepat," kenangnya.
4. Hanya Ada Satu Pemain yang Benar-benar Murid SMA
Meskipun sebagian besar karakternya adalah murid SMA, pada kenyataannya hanya Park Ji Hu yang masih bersekolah.
"Usia saya kini 20 tahun, namun saya memang seusia dengan On Jo ketika syuting. Kadang-kadang saya pergi ke lokasi syuting mengenakan seragam asli sebelum akhirnya berganti ke seragam sekolah di serial ini," tutur Park Ji Hu.
Usianya yang muda membuat juga Ji Hu sering memanggil lawan mainnya dengan sebutan 'paman' dan 'bibi', termasuk kepada Lim Jae Hyeok dan Lee Yoo Mi.
5. Lim Jae Hyeok Benar-benar Membuat Lagu
Berperan sebagai karakter yang ingin menjadi seorang penyanyi, tidak ada yang menyangka bahwa Lim Jae Hyeok ternyata juga dapat menciptakan lagu.
Dalam salah satu adegan, karakternya menyanyikan sebuah lagu untuk menghibur kawan-kawannya. Sutradara Lee JQ pun menantang Jae Hyeok untuk menciptakan lagunya sendiri.
"Saya mencoba memikirkan apa yang anak-anak ini ingin dengar. Saya pikir 'ayo pulang' merupakan pilihan yang tepat, jadi saya mulai dari situ," ujar Jae Hyeok.
[Gambas:Video Insertlive]