In-Depth

In-Depth: Aftermath Bencana Sumatra dan Langkah Kecil Gotong Royong Rakyat Bersama Artis

Insertlive | Insertlive
Senin, 08 Dec 2025 17:00 WIB
Zaskia Adya Mecca terjun ke lokasi bencana di Pidie, Aceh. Ia membagikan potret miris dampak bencana serta momen-momen saat ia berinteraksi dan menyalurkan bantuan kepada para korban yang terdampak. In-Depth: Aftermath Bencana Sumatra dan Langkah Kecil Gotong Royong Rakyat Bersama Artis / Foto: Dok. Instagram @zaskiadyamecca
Jakarta, Insertlive -

Banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat sejak akhir November 2025 menjadi salah satu bencana terbesar dalam satu dekade terakhir.

Derasnya air menghanyutkan rumah, memutus akses jalan, hingga menghilangkan ratusan nyawa dalam hitungan jam.

Data BNPB hingga 8 Desember 2025 mencatat 950 orang meninggal dunia, dengan Aceh menjadi provinsi terdampak paling parah. Ratusan orang masih hilang, sementara lebih dari 147 ribu rumah rusak, sebagian di antaranya hilang tanpa jejak.

ADVERTISEMENT

Di tengah reruntuhan bangunan dan kesedihan yang menyelimuti desa-desa, ribuan warga terpaksa bertahan di pengungsian dengan pasokan yang serba terbatas.

Meski pemerintah daerah telah menetapkan status darurat bencana, sulitnya akses membuat banyak lokasi terisolasi selama berhari-hari.

Namun, di balik situasi muram itu, aksi gotong royong dari masyarakat muncul tanpa diarahkan siapa pun.

Termasuk di antaranya datang dari para pesohor yang tak hanya menggalang donasi, tetapi juga terjun langsung ke lokasi bencana.

Mereka menyusuri desa-desa yang terputus aksesnya, membawa logistik, serta menguatkan para penyintas lewat kehadiran mereka.


Inilah kisah-kisah kemanusiaan yang terekam dan perkembangan terkini dari lokasi kejadian.

Atta Halilintar: Dari Sibolga ke Aceh, Menembus Jalur Darat hingga Laut

Atta Halilintar menjadi salah satu figur publik yang langsung berangkat ke lokasi bencana setelah mendapat kabar soal kelaparan dan kelangkaan bahan pokok.

Dalam unggahannya, Atta menulis betapa situasi di lapangan jauh lebih memilukan daripada apa yang tampak di internet.

Ia menggambarkan momen ketika seorang ibu menangis dan berkata, "mencekam cuma di media sosial."

Kalimat itu menghantam batin Atta sekaligus menggambarkan jurang besar antara persepsi publik dan kondisi sebenarnya.

Hal tersebut yang kemudian membuat Atta merasa penting untuk berbagi informasi di media sosial

"Inilah pentingnya share repost di media sosial, agar kita semua tahu kondisi sebenarnya di lapangan, agar semakin banyak yang bergerak dan tergerak. Di sini kami melihat langsung. Air mata, lelah, dan harapan yang masih bertahan," ujar Atta.

Atta menjelaskan bagaimana ia berangkat pukul tiga pagi setelah menerima kabar tentang warga yang kelaparan. Ia membagikan beras, sembako, serta makanan siap saji di beberapa titik pengungsian.

"Bukan karena kami berlebih, tetapi karena tak tega membiarkan saudara kami berjuang sendirian," ujarnya.

Tak berhenti di situ, Atta kemudian kembali bergerak menuju Aceh dengan membawa 27 ton bantuan melalui jalur laut. Ia memastikan setiap titipan donasi tersalurkan ke titik-titik yang tak terjangkau jalur darat.

"Semoga apa yang tidak bisa ditembus roda, bisa digapai oleh ombak dan angin laut," tulis Atta.

Aksi itu melibatkan kolaborasi besar antara relawan, organisasi sosial, dan pengusaha lokal.

Bagi Atta, perjalanan tersebut bukan hanya pengiriman logistik, melainkan juga cara mengirimkan doa dan harapan bagi warga yang kehilangan rumah, rasa aman, bahkan optimisme mereka.

Zaskia Adya Mecca dan Farhan: Tawa Kecil di Tengah Trauma Besar

Ketika Zaskia Adya Mecca mengunjungi pengungsian di Aceh Tamiang, ia bertemu seorang anak bernama Farhan yang kisahnya membuat banyak orang tak mampu menahan haru.

Farhan dan kakaknya bertahan hidup dengan memeluk pohon mangga selama dua hari sebelum diselamatkan warga. Mereka tak makan sepanjang waktu itu, dan ibunya baru menemukan mereka setelah terpisah di pengungsian lain.

Saat Zaskia mengajak Farhan berbicara, bocah itu terus bersembunyi di balik tubuh ibunya. Ketika ditanya apa yang membuatnya takut, jawabannya justru mencairkan suasana tegang menjadi tawa ringan.

"Hmm, emhh. Takut lihat muka kakak-kakak putih sekali," jawab Farhan.

Zaskia dan rekannya, Tasya Nur Medina, langsung meminta maaf sambil tertawa. Momen kecil itu menghadirkan ruang untuk tersenyum di tengah bencana yang masih berlangsung.

"Di tengah musibah melanda, selalu ada ruang untuk tersenyum sebagai tanda syukur dan pantang menyerah," tulis Zaskia.

Praz Teguh: Nekat Tembus Desa Isolasi dengan Sampan

Komika Praz Teguh juga bergerak menuju daerah-daerah yang belum terjamah bantuan. Ia menempuh perjalanan selama empat jam menuju Desa Bukit Mas, Besitang, lalu melanjutkan perjalanan dengan sampan selama 45 menit.

Saat tiba, ia mendapati warga yang hanya mengandalkan bantuan dari sanak saudara.

Praz bercerita betapa ia tidak merasa takut saat berada di lapangan, tapi baru menyadarinya ketika melihat ulang video perjalanannya.

"Entah kenapa ga ada takut pas menjalaninya.. tapi melihat lagi video ini baru sadar bahaya sekali," tulis Praz.

Meski harus kembali pulang untuk bekerja dan menemui keluarga, ia berjanji akan kembali menyalurkan bantuan. Logistik pun tetap dikirimkan, dengan atau tanpa kehadirannya.

Najwa Shihab: Pertanyaan Polos Anak tentang Kekayaan

Najwa Shihab dan tim Save The Children mencoba menembus Aceh Tamiang melalui jalur darat. Namun, perjalanan terhenti di Seumadam karena air masih tinggi dan jalan menuju Langsa belum bisa dilalui.

Truk-truk bantuan tertahan berhari-hari, listrik padam, dan sinyal telekomunikasi hilang.

Dari pengungsian, Najwa mendengar kisah para ibu yang harus meninggalkan rumah mereka yang kini tinggal puing. Anak-anak tetap bermain dengan senyum tipis, seperti ingin menunjukkan bahwa harapan tetap hidup.

Sebelum Najwa pergi, seorang anak bertanya kepadanya, "Kakak kaya, ya?".

Pertanyaan yang sederhana itu membuatnya terdiam, mengingatkan bahwa di balik bencana, anak-anak tetap memaknai dunia dengan cara yang jujur dan polos.

Najwa melanjutkan perjalanan hingga ke Besitang, Sumut, melalui jalur yang baru terbuka untuk mobil bermesin besar. Ia menyaksikan rumah-rumah yang hancur dan warga yang masih membersihkan puing secara manual.

Meski logistik tersedia, jalur yang belum pulih sepenuhnya membuat distribusi bantuan masih sangat terbatas. Najwa pun menekankan hal yang paling mendesak saat ini.

"Penambahan heli dan pembukaan jalur darat," ujar Najwa.

Ria Ricis: Sejumlah Kawasan Masih Kritis

Ria Ricis juga menjadi salah satu artis yang terjun langsung memberikan bantuan untuk korban banjir Sumatra dan Aceh.

Dalam kesempatan itu, Ricis berujar bahwa kondisi di sejumlah daerah di sana masih kritis.

Ria Ricis mengungkapkan bahwa banyak warga yang kehilangan anggota keluarga dan rumah mereka.

"Kalau orang-orang bilang sebagian sudah surut, sebagian sudah selesai, memang sudah sebagian. Tapi waktu kita keliling, masih banyak yang rumahnya hanyut, keluarganya hilang," ungkapnya.

Adik Oki Setiana Dewi itu menyebut akses yang terputus menyulitkan bantuan untuk masuk. Maka dari itu, banyak warga yang masih kekurangan kebutuhan pokok, terutama anak-anak.

"Rintangannya jalur darat aja sih. Dari turun pesawat, banjirnya sangat sulit dilewati. Kemarin pakai mobil pun susah banget," ceritanya.

Bahkan, beberapa fasilitas penting juga belum dapat dimanfaatkan oleh warga.

"Bahkan listrik masih belum ada, air bersih belum ada. Bantuan di daerah yang kita datangi masih amat sangat minim," ujar Ricis.

Kabar Terkini Banjir Sumatra & Aceh

Bencana banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat sejak akhir November 2025 terus menunjukkan dampak memprihatinkan.

Hingga 8 Desember 2025, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan total 929 warga meninggal dunia, ratusan lainnya belum ditemukan, dan puluhan ribu rumah rusak berat.

Situasi darurat masih berlangsung di banyak titik. Hujan susulan, akses jalan yang putus, hingga listrik dan jaringan komunikasi yang belum pulih sepenuhnya membuat proses evakuasi dan pendistribusian bantuan berjalan lambat.

Infrastruktur Lumpuh, Ribuan Warga Masih Terjebak

BNPB menyebutkan bahwa lebih dari 155 ribu unit rumah dan ratusan fasilitas umum mengalami kerusakan parah.

Sejumlah desa di Aceh Tamiang, Bener Meriah, Pasaman, serta Mandailing Natal dilaporkan hampir rata dengan tanah akibat terjangan banjir bandang dan longsor.

Akses jalan darat menuju wilayah terdampak, terutama dari arah Kuala Simpang hingga Langsa, masih sulit dilalui. Puluhan truk bantuan tertahan berhari-hari karena air yang belum surut.

Di Sumatra Barat, pemerintah daerah mulai membangun jalan darurat agar logistik dapat mencapai daerah terisolasi. Meski begitu, pemulihan diperkirakan membutuhkan waktu berminggu-minggu.

Ancaman Penyakit & Krisis Kemanusiaan

Selain korban jiwa yang terus bertambah, warga kini menghadapi ancaman baru: penyakit pascabanjir, kurangnya air bersih, dan terbatasnya fasilitas kesehatan.

Beberapa rumah sakit setempat mengalami kerusakan dan kekurangan tenaga medis. Anak-anak dan lansia menjadi kelompok paling rentan.

Pemerintah memperkirakan kebutuhan dana pemulihan mencapai Rp51,8 triliun, termasuk untuk rekonstruksi rumah, sekolah, jembatan, dan fasilitas vital lainnya.

Anak-anak Belajar di Tempat Pengungsian

Kementerian Pendidikan menerapkan program belajar darurat di tenda-tenda pengungsian. Banyak sekolah rusak dan tidak bisa digunakan, sehingga tenaga pengajar dan relawan berusaha memastikan anak-anak tetap belajar meski berada dalam kondisi krisis.

Suasana penuh kegetiran ini membuat banyak relawan menyoroti kebutuhan bantuan cepat untuk pemulihan psikososial anak-anak.

Para Artis Turun Tangan: Donasi Mengalir Deras, Aksi Lapangan Terus Berjalan

Gelombang dukungan dari masyarakat dan publik figur terus berdatangan. Donasi yang dihimpun para artis melalui platform daring kini telah menembus lebih dari Rp25 miliar (akumulasi lintas kampanye dari berbagai figur publik dan lembaga).

Luka, Harapan, dan Gotong Royong

Bencana di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat bukan hanya soal angka kerusakan atau jumlah korban. Bencana ini menjadi cermin betapa kuatnya semangat gotong royong masyarakat Indonesia.

Jalan-jalan yang terputus, jembatan yang roboh, dan desa yang hilang tak memadamkan kemauan warga untuk saling menguatkan.

Di tengah duka, aksi para artis yang turun ke lapangan menghadirkan satu pesan yang sama: korban tidak sendirian.

Mereka menjadi saksi bahwa setiap langkah kecil, setiap donasi, dan setiap tangan yang bergerak membawa harapan baru bagi ribuan orang yang kehilangan hampir segalanya.

Bencana ini mungkin menyisakan luka panjang, tetapi gotong royong telah membuktikan bahwa Indonesia selalu punya cara untuk bangkit bersama.

"Semoga setiap langkah kecil, setiap kolaborasi kebaikan, menjadi kekuatan besar untuk saudara-saudara kita," seperti kata Atta.

Di tengah lumpur yang menelan rumah, di tengah air bah yang menyapu desa, Indonesia kembali menunjukkan jati dirinya sebagai bangsa yang tak pernah membiarkan saudaranya berjuang sendirian.

(ikh/and)
Tonton juga video berikut:

ARTIKEL TERKAIT

snap logo
SNAP! adalah kanal video vertikal yang menyajikan konten infotainment singkat, cepat, dan visual. SNAP! menghadirkan cuplikan selebriti, tren viral, hingga highlight interview.
LEBIH LANJUT
Loading
Loading
BACA JUGA
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
detikNetwork
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER