Profil dan Agama Dewi Soekarno yang Lepas Status WNI, Dirikan Partai di Jepang

Ratna Sari Dewi alias Dewi Soekarno membuat langkah mengejutkan dengan melepas status Warga Negara Indonesia (WNI). Dewi Soekarno sebelumnya menjadi WNI pada 1962 saat menikah dengan Presiden Soekarno.

Tujuan istri ke-6 Presiden Soekarno itu melepas status WNI demi mendirikan partai di Jepang bernama Heiwa 12. Partai tersebut mengangkat isu kesejahteraan anjing dan kucing di Jepang.

Dewi Soekarno juga mengaku siap berpartisipasi dalam pemilihan anggota House of Councillors (majelis tinggi parlemen Jepang) yang akan berlangsung musim panas ini.

"Saya mengajukan naturalisasi kembali ke Jepang dan siap maju pemilu," katanya, melansir dari Japan News.

Profil dan Agama Dewi Soekarno

Merangkum dari laman ESI Kemdikbud, Dewi Soekarno memiliki nama asli Naoko Neomoto. Ia lahir pada 6 Februari 1940 di Tokyo, Jepang.

Lahir dari keluarga sederhana, Naoko pernah bekerja sebagai pramuniaga di sebuah perusahaan asuransi jiwa di Chiyoda, sampai ia lulus dari sekolah menengah pada 1955.

Naoko mengawali pendidikan dasar di Togai School Tokyo (1946), lalu melanjutkan sekolah menengahnya di Koryo School dan Mita School (1952-1955).

Saat remaja, Naoko memiliki ketertarikan pada dunia seni dan sastra. Ia kemudian berkecimpung di dunia hiburan lewat sebuah peran dalam drama Sishere Hayakawa Art Production. Sejak saat itu, Dewi banyak tampil di pentas-pentas terkemuka di Tokyo.

Naoko kemudian memutuskan untuk belajar Bahasa Inggris demi menunjang kariernya di dunia hiburan. Ternyata, pilihannya belajar Bahasa Inggris membawanya bertemu dengan Presiden Soekarno.

Pada 3 Maret 1962 Dewi resmi menjadi istri dari Presiden Sukarno yang keenam. Sejak saat itu, namanya diganti menjadi Ratna Sari Dewi.

Pernikahan Dewi dan Soekarno dikabarkan berlangsung secara Islam. Namun, tidak ada informasi terkait agamanya saat ini.

Setelah menikah, Soekarno dan Dewi dikaruniai seorang anak perempuan bernama Kartika Sari Dewi.

Dewi menjadi WNI selama 63 tahun dan kini ia memilih untuk kembali menjadi warga negara Jepang dan mendirikan partai politik.