Cerita Perjalanan Hidup Dewi Yull hingga Disebut Kutukan Akibat Nikah Beda Agama
Dewi Yull sempat menikah dengan Ray Sahetapy pada 1981. Kala itu, Dewi masih sangat belia dan baru berusia 20 tahun.
Pernikahan Dewi dengan Ray Sahetapy tersebut dikaruniai empat orang anak, yakni (Almarhum) Gizca Puteri, Rama Putra, Panji Surya, dan si bungsu Mohammad Raya.
Dewi pun berkisah bahwa dua dari empat orang anaknya yakni Gizca dan Surya merupakan penyandang disabilitas dengan kondisi tuli dan bisu.
Kondisi tersebut menjadi ujian yang luar biasa dalam perjalanan hidup Dewi Yull. Ujian pertama datang kala Dewi mengetahui bahwa Gizca anak sulungnya mengalami tuli dan bisu.
Tentu saja, kondisi tersebut sempat membuat Dewi yang masih muda kala itu jadi merasa kebingungan.
"Umur 4 tahun dicek, (Gizca) dinyatakan tuli," ungkap Dewi Yull kala berbincang dengan Melaney Ricardo di YouTube pada Selasa (25/7).
"Kebayang sih bingung, dengan segala kebodohan pada saat itu," ungkap Dewi Yull.
Kondisi sang anak yang mengalami disabilitas rupanya malah menuai banyak cercaan dari masyarakat bahkan keluarga.
Bukan tanpa sebab semua hujatan datang menyerang Dewi Yull. Pasalnya, dulu Dewi memang menikah beda agama dengan Ray Sahetapy.
Pernikahan beda agama antara Dewi dan Ray tak mendapat persetujuan dan restu dari orang tua termasuk keluarga besar.
Namun, Dewi baru mengungkapkan bahwa Ray sebetulnya sudah memutuskan untuk menjadi mualaf dan masuk Islam kala menikah.
"Mulai deh tuh kan, karena aku tidak disetujui (menikah dengan Ray Sahetapy), mulailah itu kutukan (hujatan dari orang karena menikah beda agama), karena itu tidak direstui orang tua," ujar Dewi.
"Padahal ibuku merestui sebelum meninggal, tapi ayahku nggak merestui, keluarga besar ku nggak, dengan segala macam alasan, padahal pada saat itu ayahnya anak-anak sudah satu iman sama aku, tapi tidak boleh dipublikasi, demi menjaga semua," sambungnya.
Dewi pun mengaku mendapatkan pelajaran hidup yang sangat berharga dari perjalanan pernikahan yang tak mendapat restu dari orang tua karena perbedaan keyakinan, hingga melahirkan anak dengan kondisi tuli dan bisu.
"Jadi kebayang 'wah ini-itu', nah dari situ aku belajar, oh tekanan sosial itu lebih jahat ya, lebih kejam ya, itu ada keluarga besar yang ngomong, 'dosa apa si Dewi sampai dikasih anak begitu', itu baru satu, terus saya bilang, 'saya banyak dosa, karena saya manusia biasa, saya penuh dosa dan kelemahan," ujar Dewi.
Ujian Dewi tak berhenti sampai di situ, anak sulungnya meninggal saat berusia 28 tahun. Kepedihan menyelimuti hidup Dewi yang harus merelakan kepergian sang anak tercinta.
Dewi pun akhirnya dikaruniai anak kedua dengan kondisi yang sempurna. Sayangnya, Dewi justru dikaruniai anak ketiga bernama Panji Surya yang juga mengalami tuli dan bisu sama seperti mendiang Gizca.
Hal tersebut kembali mengingatkan Dewi soal betapa beratnya ketika membesarkan hingga harus kehilangan anak sulung untuk selamanya.
Dewi pun berkisah sempat marah dan mempertanyakan takdir Tuhan atas anak-anaknya. Kala itu, Dewi mengaku lelah karena harus mengulang lagi cerita yang sama ketika anak sulungnya masih ada.
Namun, sebuah momen mengetuk hati Dewi kala dirinya berdoa dan membaca Al-Qur'an. Dewi tersadar bahwa apa yang sudah menjadi suratan takdir Tuhan adalah jalan yang terbaik.
"Aku mempertanyakan itu kepada Tuhan, 'Ini anak laki-laki Tuhan, dia bakal jadi kepala keluarga, kenapa nggak Gizca aja? Aku capek, apa nggak cukup satu aja (yang mengalami tuli)? Jawablah pertanyaanku'," ungkap Dewi.
"Terus aku doa dan baca Al-Qur'an, pas aku buka, pas banget kalimatnya, 'Maka dari keduanya, keluarlah mutiara dan marjan', itu surat Ar-Rahman, di situ aku nangis, aku minta ampun, nggak akan pernah nanya lagi apapun yang Kau berikan dalam hidupku, aku sumpah kayak gitu," tutupnya.
(ikh/fik)