Aiman Witjaksono 20 Tahun Jadi Jurnalis, Intimidasi Tak Putuskan Asa Ungkap Kebenaran

Insertlive | Insertlive
Jumat, 11 Nov 2022 22:10 WIB
Aiman Witjaksono Aiman Witjaksono 20 Tahun Jadi Jurnalis, Intimidasi Tak Putuskan Asa Ungkap Kebenaran / Foto: Insertlive
Jakarta, Insertlive -

Nama Aiman Witjaksono tentu sudah tak asing lagi di dunia jurnalistik Indonesia.

Pria berusia 44 tahun ini sudah malang-melintang di dunia jurnalistik selama 20 tahun.

Dalam sebuah kesempatan, Aiman menceritakan bagaimana pengalamannya sebagai seorang jurnalis.

ADVERTISEMENT

Aiman mengaku ada banyak sekali pengalaman menarik selama menjalani profesi sebagai jurnalis.

"Banyak sih, hampir setiap program investigasi itu pasti ada momen yang menarik," kata Aiman di studio Trans TV, Tendean, Jakarta Selatan, Jumat (11/11).

Salah satu pengalaman menarik tak terlupakan, ketika Aiman melakukan investigasi terkait kasus perseteruan antara KPK dan polisi.

Kala itu, Aiman menyambangi salah satu kunci saksi terkait kasus tersebut yang kebetulan berada di Kalimantan Tengah.

Aiman berujar bahwa lokasi narasumber tersebut berada di pemukiman transmigrasi yang ada di tengah hutan belantara Kalimantan.


Tiba-tiba, Aiman menerima email yang berisi intimidasi terkait aksi wawancara dengan narasumber tersebut.

"Misalnya ketika saya investigasi di sebuah pemukiman transmigrasi di Kalimantan Tengah, itu kawasannya bukit gitu, dan nggak mungkin orang bisa mencapai ke situ, karena masih hutan belantara," cerita Aiman.

"Saya wawancara dengan salah satu saksi utama, waktu itu ketika kasus antara KPK vs Polri atau cicak vs buaya jilid 2, nah di situ kemudian ada yang mengirim email ke saya, dan nggak tahu dari siapa, dan dibilang bahwa narasumber tersebut tidak kompeten, apa yang disampaikan itu tidak benar," sambungnya.

Tak hanya itu, hal yang lebih mengejutkan lagi, Aiman tiba-tiba menerima foto dirinya kala sedang wawancara dengan narasumber tersebut.

Padahal, Aiman merasa bahwa kawasan tersebut sangat sulit untuk diakses oleh orang.

"Dan kemudian ada foto saya ketika wawancara narasumber tadi, padahal kalau saya lihat dari angle-nya itu, nggak mungkin ada orang di situ, karena memang hutan belantara, jadi seolah-olah dia kayak mengatakan, 'Hei saya ada, dan saya tahu dimana kamu berada'," ujar Aiman.

Meski begitu, Aiman bersyukur karena momen tersebut tidak berujung kepada hal-hal yang tidak diinginkan.

Aiman selalu berserah diri kepada Tuhan dalam setiap menjalani kegiatan terkait profesi sebagai jurnalis.

Selain itu, Aiman merasa bahwa jurnalis tidak boleh takut untuk mengungkapkan kebenaran.

"Ya sejauh ini alhamdulillah nggak pernah sih (dapat teror), segala langkah dan kehidupan saya, tentu saya serahkan kepada Tuhan, ya karena saya berbuat ini bukan untuk diri saya, tapi untuk negara ini, yang harus lebih baik dan bersih, dan sejahtera, pekerjaan jurnalis itu untuk publik dan kebenaran," kata Aiman.

Aiman Witjaksono tak memungkiri bahwa menjalani profesi jurnalis bukanlah perkara yang mudah.

Ada tanggung jawab besar yang diemban seorang jurnalis terhadap keterbukaan informasi dan kebenaran untuk publik.

Aiman merasa bahwa seorang jurnalis harus rajin melakukan riset untuk mendapatkan informasi yang berkualitas.

Tak hanya itu, mengikuti perkembangan informasi yang beredar luas di tengah masyarakat juga menjadi salah satu hal yang penting bagi jurnalis.

"Kesulitan menjadi jurnalis itu adalah membagi waktu antara pekerjaan dan riset, karena jurnalis itu harus riset, kalau kita bicara dan bertanya tanpa mengetahui, ya pasti nggak bisa," kata Aiman.

"Saya sebagai jurnalis itu nggak bisa lepas dari yang namanya baca berita, itu kewajiban saya sehari-hari, karena kalau kita hilang satu informasi aja, maka akan ada benang merah yang hilang, kalau ada benang merah yang hilang jadinya kita nggak bisa menganalisa suatu kejadian dengan kejadian yang lain," lanjutnya.

Aiman juga ternyata punya formula tersendiri untuk memudahkan pekerjaannya sebagai jurnalis.

Formula yang selalu dipegang Aiman dalam menjalankan kerja-kerja jurnalistik yakni fakta, data dan logika.

"Makanya saya selalu menyampaikan formula ala Aiman yaitu fakta, data dan logika, fakta iya kita baca, data iya kita masukkan, terus kita pakai logika untuk menganalisa, sehingga kita bisa menemukan ada sesuatu yang janggal dari kasus itu," ujar Aiman.

Meski begitu, Aiman juga tak memungkiri soal adanya praktek menahan sejumlah informasi terkait pengendalian informasi terhadap publik.

Bukan tanpa tujuan, hal tersebut dilakukan demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

"Ada pekerjaan jurnalis yang namanya off the record, jadi kita tidak boleh mengungkapkan itu di media secara terbuka, tapi kita jadikan itu sebagai latar belakang, ya wartawan itu harus banyak mendengar, dari sini begini, dari situ begitu, jadi kita bisa menganalisa, meski begitu tidak bisa langsung diungkap ke media, itu yang kemudian kita jadikan background," ungkap Aiman.

'Jurnalis itu bukan hanya menyampaikan fakta saja, tapi harus juga menyampaikan makna, kalau fakta yang disampaikan maka bisa berbahaya, misalnya ada sebuah perang suku, terus kita menyampaikan fakta secara terbuka, maka bisa bahaya, karena akan memancing konflik yang lebih besar, nah itu butuh kebijakan dari kita sebagai jurnalis, untuk menyampaikan makna, informasi tetap kita sampaikan, tapi sisi sensitivitas, etiket dan etika, itu tetap harus diperhatikan," lanjutnya.

Salah satu hal yang juga dianggap Aiman penting bagi seorang jurnalis adalah selalu memeriksa informasi dan fakta yang diterima.

Seorang jurnalis tidak boleh langsung percaya begitu saja dengan informasi yang didapatkan.

"Jadi informasi itu penting, dan yang terpenting ketika mendapatkan informasi, jangan langsung dipercaya, tapi harus cek dan ricek, jadi ketika ada informasi harus kita cek, kemudian kita cek lagi," kata Aiman.

Aiman juga mengaku kerap menghadapi situasi genting yang mengancam jiwa saat menggali informasi.

Hal tersebut yang membuat Aiman harus selalu menyiapkan segala sesuatu dengan matang sebelum melakukan wawancara terutama untuk keperluan investigasi.

Aiman berujar bahwa dirinya selalu berusaha menyiapkan tempat untuk melarikan diri ketika suatu waktu hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

"Ya kita lakukan pendekatan secara persuasif, ajak ngobrol baik-baik, meskipun saya juga harus berpikir, ketika saya terancam, maka saya harus memikirkan escape space, tempat untuk menyelamatkan diri, jadi itu yang memang harus saya pikirkan, jadi ketika ada di posisi seperti itu, itu juga saya sampaikan kepada tim saya," tutup Aiman.

(ikh/ikh)
1 / 2
Loading
Loading
ARTIKEL TERKAIT
detikNetwork
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
BACA JUGA
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER