Jakarta, Insertlive -
Menjelang lebaran, harga tiket pesawat semakin melonjak tajam.
Hal itu seolah menjadi tradisi bahwa momen lebaran membuat sejumlah maskapai menaikkan tarif penerbangan.
Namun, Menparekraf Sandiaga Uno telah mengimbau masyarakat agar tak mengandalkan pesawat sebagai satu-satunya alat transportasi untuk pulang kampung.
"Kita imbauannya jelas untuk tidak menaikkan harga sampai di atas ceiling price. Tentunya Kemenhub sudah gercep, mengeluarkan dua regulasi dan ini kita harapkan bisa untuk mengendalikan harga tiket pesawat," kata Sandiaga Uno, dikutip detikcom.
"Ini memang karena peak season, juga ada alasan operasional. Tapi pemerintah akan mengupayakan agar kenaikan harga tiket pesawat ini tidak permanen," pungkasnya.
Berbicara soal penerbangan, ada tiga maskapai yang pernah membuat gempar dunia karena keberadaannya.
Melansir dari detiktravel, simak tiga maskapai ajaib yang pernah ada:
1. The Lord's Airline
The Lord's Airline pertama kali didirikan oleh pengusaha New Jersey, Ari Marshall tahun 1985.
Kala itu, ia membeli sebuah DC-8 tua yang dimaksudkan menjadi satu-satunya pesawat maskapai.
Rencana awalnya, The Lord's Airline memiliki tiga penerbangan mingguan dari Miami ke Bandara Ben Gurion di Israel dengan rute langsung ke Yerusalem.
Saat itu, para peziarah religius yang ingin mencapai Yerusalem harus mengejar penerbangan lanjutan ke New York.
Sayangnya, tahun 1987 maskapai tersebut gagal memenuhi syarat untuk mendapatkan lisensi FAA karena modifikasi dan pekerjaan pemeliharaan yang belum selesai pada pesawat.
Gegara hal itu, para investor menjadi gugup dan memutuskan memberhentikan Ari Marshall dari dewan direksi dan menggantinya dengan orang baru.
Sayangnya, ketua baru Theodore Lyszczasz tak bertemu langsung dengan Ari Marshall dewan direksi lama hingga keduanya mulai bertengkar di media sosial.
Pertengkaran itu membuat maskapai The Lord's Airline binasa.
Baca di halaman selanjutnya.
Robert Brooks pimpinan restoran Hooters mengakuisisi Pace Airlines pada tahun 2002 untuk mewujudkan idenya.
Robert memiliki ide untuk membuat sebuah penerbangan bergaya restoran miliknya.
Pace Airline yang diakuisisi oleh Robert merupakan maskapai sewaan dengan armada delapan pesawat di mana sebagian besar adalah Boeing 737.
Hooters Air milik Robert memiliki desain livery oranye terang yang menampilkan burung hantu bermata belalak.
Di setiap penerbangan ada tiga orang pramugari bersertifikat FAA (Federal Aviation Administration) serta dua orang waiters seksi yang disebut Hooters Girls.
Kedua waiters seksi itu mengenakan tank top dan celana pendek.
Mereka akan berbaur dengan penumpang dan mengadakan permainan trivia berhadiah gadget.
Maskapai Hooters Air berbasis di Myrtle Beach, Carolina Selatan dan berkoneksi langsung ke kota Atlanta, Newark dan Baltimore.
Sayangnya, karena kenaikan harga bahan bakar dan badai Katrina serta keuntungan yang terus menurun, maskapai Hooters Air berhenti beroperasi pada awal tahun 2006.
3. Smokers Express & SmintAir
FAA (Federal Aviation Administration) telah memberikan aturan pelarangan merokok pada seluruh penerbangan domestik di Amerika Serikat pada tahun 1990.
Aturan tersebut membuat dua pengusaha asal Brevard County Florida, William Walts dan George Richardson memiliki ide cemerlang.
Ide tersebut membuat keduanya mendirikan maskapai penerbangan berdasarkan klub swasta di awal 1993 dengan biaya anggota US$25 atau Rp56 ribu (sesuai dengan kurs US$ tahun 1993).
Maskapai tersebut berbasis di bandara Space Coast Regional di Titusville, Florida dengan makanan steak serta burger.
Tak hanya makanan, maskapai tersebut akan memberikan rokok gratis untuk para penumpang merokok di dalam maskapai.
Namun, setahun setelah diumumkan, maskapai tersebut masih tak memiliki lisensi atau pesawat.
Regulator menolak izin Smokers Express untuk beroperasi tanpa pernah lepas landas sekalipun
Tahun 2006, ide tersebut diubah oleh Alexander Schoppmann pengusaha Jerman yang mendirikan maskapai Smoker's International Airways atau SmintAir.
Sayangnya, SmintAir bernasib sama seperti Smokers Express yang gagal meningkatkan modal dan tak pernah sekalipun mengudara.
(dis/dis)