Peristiwa mistis atau horor memang bisa terjadi di mana dan kapan saja. Bahkan tempat semegah Istana Kepresidenan Negara Indonesia yang berada di Jakarta ternyata juga menyimpan banyak cerita horor.
Cerita horor di Istana Negara diungkap oleh pria bernama Priyo Sambadha yang merupakan mantan ajudan Gusdur kala menjadi Presiden Indonesia yang ke-4.
Priyo mengaku sudah 30 tahun mengabdi di Istana Negara. Jadi, tak heran dia tahu betul kondisi di sana, baik kasat mata atau tak kasat mata.
Istana Negara yang ada di Jakarta rupanya terakhir kali dihuni oleh Presiden Soekarno dan keluarga. Presiden Soeharto dan keluarga tidak menetap di istana dan lebih memilih menempati kediaman pribadi di Jalan Cendana Jakarta.
Priyo cerita bahwa tak ada staf kepresidenan yang berani masuk bangunan Istana Negara di malam hari. Banyak staf cerita soal gangguan mistis yang kerap terjadi di Istana Negara.
Priyo juga mengaku tak pernah berani sendirian mengelilingi bangunan Istana Merdeka atau Istana Negara saat malam hari. Namun, semua berubah ketika Priyo menjadi ajudan dari Gusdur.
"Di era Orba itu saya sendiri juga nggak pernah malam-malam blusukan ke bangunan istana Merdeka atau Istana Negara. Tapiiii, ketika Presiden Gusdur dan keluarga memutuskan untuk tinggal di Istana demi untuk pertimbangan kepraktisan dan efisiensi, maka dimulai lah cerita saya ini," ungkap Priyo.
Priyo diberikan satu kamar yang ada di Wisma Negara kawasan Istana Negara karena memang jarang pulang di era kepemimpinan Gusdur. Bangunan mirip hotel tersebut punya bau yang khas karena memang jarang dihuni.
"Di era Presiden Gusdur, saya jadi jarang pulang. Saya dikasih 1 kamar di Wisma Negara. Sebuah bangunan yang terletak di antara Istana Merdeka dan Istana Negara. Bangunan tua 6 lantai berkamar-kamar seperti hotel yang bertahun-tahun juga nggak pernah dihuni. Aromanya khas ruangan kosong lama. Apek," sebutnya.
Priyo yang tinggal di Bekasi akhirnya memilih untuk menginap di Wisma Negara karena memperhitungkan jarak yang cukup jauh. Meski begitu Priyo awalnya cukup takut karena mendengar banyak cerita mistis dari para pengawal di Istana Negara.
"Benarnya saya nggak gitu nyaman. Tapi dari pada pulang balik Jakarta-Bekasi tiap dini hari, ya sudah saya memilih menginap di Wisma Negara ini meski cerita mistis macam-macam sudah puluhan kali saya dengar dari para pegawai istana," katanya.
Salah satu cerita horor yang paling terkenal di Istana Negara adalah soal penampakan hantu gadis keturunan Belanda. Gadis tersebut ceritanya bunuh diri karena asmara dengan sang kekasih tak direstui.
"Di istana itu sudah populer cerita tentang hantu seorang gadis kulit putih cantik jelita yang suka mengganggu siapa saja. Minimal penampakan sekilas. Konon katanya gadis itu dulu bunuh diri karena hubungan asmaranya dengan pemuda Indonesia tak direstui oleh orang tuanya, pejabat Belanda," paparnya.
"Cerita dari beberapa staf yang pernah melihatnya, katanya ia sangat cantik, rambutnya pirang dikepang dengan menggunakan rok panjang berenda-renda," sambungnya.
Cerita mistis ternyata dialami Priyo langsung saat suatu hari terpaksa menginap di Wisma Negara. Ia berujar kala itu sudah pukul 2 dini hari dan lingkungan Istana Negara memang sudah sepi.
"Ketika awal saya harus menginap di Wisma, saya berusaha keras membuang jauh mitos horor itu dari kepala saya. Lagi pula malam itu saya sudah sangat lelah. Jam sudah sekitar setengah 2 dini hari. Memang begitu kebiasaan Presiden Gusdur. Nanti bakda subuh beliau sudah olah raga pagi," ungkap Priyo.
Priyo lantas cerita momen saat harus melewati sebuah pohon besar yang dikenal angker. Penampakan sosok wanita yang bergelantungan di pohon tersebut juga menjadi cerita yang tenar di lingkungan Istana Negara.
"Sehingga malam itu usai tugas, dengan langkah pelan dari Istana Merdeka saya menuju Wisma Negara untuk istirahat, di halaman istana, saya melewati satu pohon Buni (Wuni) sangat besar yang juga angker. Kabarnya sering ada perempuan bergelantungan di atas sambil nangis lalu berubah cekikikan," kata Priyo.
Priyo mengaku agak ketakutan ketika harus melewati pohon yang ternyata sudah berusia ratusan tahun tersebut. Namun rasa takut itu tak terbukti dan Priyo berhasil melewati pohon itu tanpa ada gangguan.
"Terus terang saya agak jiper juga harus melewati bawah pohon rindang itu sendirian di malam buta ini. Sunyi senyap. Tapi saat itu rasa lelah saya mengalahkan rasa takut saya. Saya teruskan langkah saya sambil berdoa sekenanya. Saya nggak mau mendongak ke atas pohon," kata Priyo.
"Alhamdulillah saya selamat melewati pohon ratusan tahun itu. Nggak ada kejadian aneh meski auranya sangat mistis. Sekujur tubuh merinding semua," sambungnya.
Priyo lantas sampai di Wisma Negara yang terkenal dengan cerita horor lantai 6 di gedung tersebut. Secara singkat lantai tersebut digambarkan sebagai tempat pertemuan dan terdapat piano serta seperangkat gamelan Jawa.
"Lalu sampailah saya di lobi Wisma Negara. FYI, dari 6 lantai gedung ini yang bukan terdiri dari kamar-kamar itu hanya lantai 6 yang berupa aula pertemuan. Di sana juga ada piano dan seperangkat gamelan Jawa yang konon sering bunyi sendiri," ungkap Priyo.
"Jadi ya sangat jarang orang ke lantai 6 karena memang nggak ada perlunya. Sehingga lantai 6 ini adalah lantai yang paling horor. OB aja kalo harus bersih di situ selalu ramai-ramai meski siang hari. Bayangkan," lanjutnya.
Priyo langsung bergegas masuk ke dalam lift untuk menuju ke lantai 3 dimana kamarnya berada. Tak ada hal yang aneh terjadi saat Priyo sudah berada di dalam lift tersebut.
"Sampai di lobi yang juga sepi temaram, saya pencet tombol lift. Lantai dimana kamar saya berada. Nggak gitu lama, 'Ting!'. Pintu lift terbuka. Aman. Saya masuk langsung pencet tombol. Lantai 3. Tombol nyala, pintu lift menutup. Lift bergerak mulai naik perlahan. Suaranya khas lift tua. Ada dengungan rendah dan decitan sedikit. Sedikit goncangan juga," ungkap Priyo.
"Saya perhatikan tombol mulai nyala semestinya. Dari ground naik ke lantai satu. Tapi saat itu saya memang masih belum terbebas dari rasa merinding dari bawah pohon rindang tadi. Saya lirik kiri kanan, aman," sambungnya.
Namun Lift yang ditumpangi Priyo ternyata tak berhenti di lantai 3 sebagaimana mestinya. Lift tersebut malah terus naik hingga mencapai ke lantai 6.
"Saya perhatikan tombol terus nyala dari lantai ground ke lantai 1, lalu lantai 2. Saya siap-siap segera keluar dari lift ketika sampai lantai 3 karena memang rasanya makin nggak secure. Tapiii.., ketika tombol lantai 3 nyala, lift nggak berhenti seperti yang saya harapkan. Lift terus bergerak naik," kata Priyo.
"Saya panik. Refleks saya pencet berkali2 tombol nomor 3 tapi lift masih terus jalan naik dengan suara mirip erangannya yang khas itu. Saya pasrah sudah. Ini pasti menuju lantai 6 yang legendaris itu. Duh Gusti," lanjutnya.
Priyo hanya bisa pasrah ketika lift tersebut membawa dirinya menuju ke lantai 6 yang terkenal angker tersebut. Rasa merinding semakin menjalar ke sekujur tubuh Priyo ketika pintu lift terbuka dan memperlihatkan kondisi lantai 6.
"Benar saja. Lantai 4 lewat, 5 lewat, lalu lantai 6 lift berhenti dengan kagok karena berguncang sedikit. Saya diam saja mematung. Berharap pintu nggak akan pernah terbuka. Beberapa saat diam. Tak ada yang terjadi. Saya berfikir saya akan pencet tombol nomor 3 supaya lift langsung turun lagi," ujar Priyo.
"Tapi sebelum rencana itu saya lakukan, dengan perlahan pintu lift terbuka perlahan 'Ting!'," sambungnya
Lantai tersebut tampak kosong dan gelap gulita sejauh pandangan Priyo. Namun ada satu meja di sudut kiri yang menarik perhatian Priyo.
"Saya saksikan ruangan di lantai 6 itu gelap gulita. Tapi dalam temaram saya masih bisa saksikan meja-meja bundar dengan beberapa kursi di tiap meja layaknya untuk jamuan atau pertemuan. Semua kosong sepi, kecuali satu meja di sudut kiri," kata Priyo.
"Di satu meja di sudut kiri itu saya lihat perempuan duduk sendirian membelakangi saya sambil menangis. Saya tahu dia menangis karena dia tertunduk di meja dan saya bisa mendengar isak tangisnya yang sungguh pilu. Lebih tepat ia sedang sesenggukan sendirian dalam kegelapan," sambungnya.
Sosok perempuan yang muncul itu terlihat mengenakan pakaian mirip wanita yang ada di zaman Belanda. Priyo langsung panik dan berusaha untuk menekan tombol untuk menutup pintu lift agar segera turun ke lantai 3.
"Perempuan muda itu memakai rok indah berenda-renda. Warnanya kurang jelas tapi warna terang. Rambutnya kuning emas dikepang apik. Saya shock. Refleks tombol lift saya pencet berkali-kali dengan kasar supaya pintu segera menutup. Tapi lift tak bereaksi sama sekali," kata Priyo.
"Saya sebenarnya bukan tipe orang yang mudah takut dengan hal seperti itu. Saya sudah pernah mengalami hal gaib sebelumnya. Tapi saat itu saya sangat panik, yang saya takutkan saat itu adalah apa yang akan terjadi selanjutnya ketika saya dipaksa menyaksikan itu semua. Anything can happen," lanjutnya.
Priyo hanya bisa pasrah ketika pintu lift tak kunjung tertutup. Ketakutan Priyo semakin menjadi-jadi ketika sosok wanita tersebut mulai melirik.
"Ketika pencetan kasar tombol nggak ada hasilnya, yang bisa saya lakukan saya pasrah sambil sekuat tenaga menahan kencing di celana. Dalam momen yang bagi saya terasa sangat lama itu, kepala perempuan itu dengan sangat perlahan beranjak dari muka meja lalu menoleh ke arah saya," ujar Priyo.
"Dalam temaram saya lihat dia masih sangat belia. Wajahnya cantik tipikal wajah gadis kulit putih Eropa. Dengan jemarinya, ia mengusap air matanya dengan anggun. Saya masih mematung tak berdaya dg dengkul saya lemas semua. Setelah itu, sorot matanya bergerak tertuju ke saya. Ya Allah ya Rabbi... Lalu ia tersenyum cantik sekali. Dan hanya dalam sepersekian detik pintu lift tiba2 tertutup sendiri turun ke lantai 3," sambungnya.
Kejadian horor itu ternyata tak berhenti sampai di situ saja. Priyo mengaku mendengar suara piano hingga keramaian pesta saat tidur di lantai 3 Wisma Negara.
"Malam itu, di kamar saya di Wisma Negara lantai 3, semalam suntuk perasaan saya, saya dengar sayup2 suara musik piano ditambah suara 'gemrengeng' banyak orang mirip orang sedang berpesta," ungkap Priyo.
"Itu tadi salah satu 'kejadian besar' yang saya alami di istana selain 'kejadian kecil' yang sulit untuk diterima akal sehat. Tapi anehnya, setelah kejadian malam itu, somehow saya tidak merasa takut lagi jika harus berkeliaran malam hari sendirian di istana. Sekian, Bless you all," tutupnya.