Usulkan Pengedar Narkoba Dihukum Mati, Dokter Tirta Dikritik Aktivis HAM

kpr | Insertlive
Jumat, 17 Sep 2021 19:07 WIB
Dokter Tirta Usulkan Pengedar Narkoba Dihukum Mati, Dokter Tirta Dikritik Aktivis HAM (Foto: Instagram/dr.tirta)
Jakarta, Insertlive -

Dokter Tirta memberikan usulan agar pengedar narkoba diberikan hukuman mati, bukan dipenjara. Dokter Tirta menyampaikan usulan tersebut kepada jajaran kepolisian Indonesia. Baginya tidak ada ampun untuk pengedar narkoba.

"Saya usul untuk pak Kapolri, kalau boleh usul, semua pengedar ditembak mati di tempat," kata Dokter Tirta dikutip dari kanal YouTube Cegah Narkoba, Jumat (17/9).

Dokter Tirta mengatakan, para pengedar narkoba itu tidak pantas diberikan Hak Asasi Manusia (HAM). Hal tersebut karena Dokter Tirta merasa mereka tidak peduli dengan sesama.

Dokter Tirta memberikan gambaran, bagaimana jika ratusan kilogram sabu itu tersebar. Berapa banyak orang yang akan menjadi pengguna narkoba.

"Satu kg bisa dihisap ramai-ramai sampai 40 orang. Bayangkan, 800 kg, berapa ribu orang yang mengisap barang laknat itu dan memenuhi bui atau rehab," ungkapnya.

Saran Dokter Tirta ternyata dikritisi aktivis HAM, Erasmus Napitupulu. Ia mengatakan, sebagai dokter yang disumpah untuk menyelamatkan nyawa seseorang, tak seharusnya Dokter Tirta mengatakan hal seperti itu.

"Tapi kalau beliau hadir sebagai selebgram plus pengusaha, ya boleh saja. Tidak ada larangan untuk terlihat tak paham isu dan norak secara bersamaan," kata Erasmus Napitupulu di Twitter.


Ia menambahkan bahwa sebagai dokter seharusnya ada solusi lebih baik ketimbang menghilangkan nyawa seseorang.

"Apakah membunuh sebanyak-banyaknya orang akan berhasil? Itu bukan kapasitas dokter, selebgram sotoy mungkin," terangnya.


Tapi Erasmus Napitupulu menganggap Dokter Tirta sok tahu alias sotoy. Ia bahkan membuka ruang untuk berdiskusi dengan Dokter Tirta terkait masalah ini.

"Mungkin saya salah, beliau mungkin tidak sotoy. Persoalan terjebak narasi dan gemerlap kamera mungkin, kebetulan acara BNN pula," kata Erasmus.

"Kalau mau diskusi terbuka boleh juga, siapa tahu kita salah paham atau paham yang salah," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

(kpr/fik)
Tonton juga video berikut:
ARTIKEL TERKAIT
Loading
Loading
BACA JUGA
UPCOMING EVENTS Lebih lanjut
detikNetwork
VIDEO
TERKAIT
Loading
POPULER