Ada Jenis Varian Baru 'Eek' Virus COVID-19, Apa Itu?

Publik masih ramai memperbincangkan soal varian Eek yang disebut mutasi dari E484K yang ramai disebut sebagai bagian virus COVID-19 baru.
Mengutip dari Detik Health, varian baru tersebut dilaporkan pertama kali ditemukan di Jepang sementara Kemenkes RI (Kementerian Kesehatan) baru melaporkan satu kasus yang belum disebutkan lokasinya.
Di Jepang, varian ini ditemukan pada sebanyak 70 persen kasus sejak bulan lalu di mana 10 kasus ditemukan di Tokyo Medical and Dental University dengan kondisi pasien tidak memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri.
Berikut fakta-fakta terkait varian Eek yang ramai diperbincangkan:
Bukan Varian Virus COVID-19
Varian Eek alias mutasi dari E484K bukanlah varian baru dari virus Covid-19 tapi mutasi yang terjadi akibat virus Covid-19.
Varian ini memiliki mutasi lain seperti varian Inggris B117 dan varian Afrika Selatan B1351.
Berdasarkan laporan dari 9News, mutasi Eek mengubah protein lonjakan yang digunakan virus untuk memasuki sel manusia hingga dikhawatirkan bahwa mutasi ini tak dikenali oleh sistem kekebalan tubuh hingga tak bisa dilawan meski tubuh telah mendapat vaksin Covid-19.
Mutasi E484K yang menghasilkan varian Eek ini disebut escaped mutant atau versi mutan virus COVID-19 yang terbukti bisa lepas dari antibodi tubuh yang dibentuk vaksin.
Berawal dari Mutasi Asal Afrika Selatan
Awalnya, mutasi E484K atau varian Eek ditemukan pada mutasi virus COVID-19 asal Afrika Selatan, B1351.
Namun, seiring perkembangannya, mutasi ini ditemukan pada varian di Inggris B117 dan varian P1 di Brazil.
Pengaruh Varian Eek dan Vaksin
Menurut penelitian di Afrika Selatan, ada kemungkinan varian EekĀ akan membentuk kombinasi mutasi lain hingga dikhawatirkan vaksin Covid-19 tak mempan mengatasi infeksi mutasi E484K atau Eek.
Uji coba University of Witwatersrand di Johannesburg, Afrika Selatan menunjukkan bahwa vaksin AstraZeneca bisa mengurangi gejala Covid-19 hanya 22 persen.
Vaksin Novavax mengklaim bisa 89 persen lebih efektif dalam uji coba fase 3 di Inggris. Namun, nyatanya hanya efektif bekerja 60 persen.
Sedangkan berdasarkan uji coba Fase 3 vaksin Johnson & Johnson, terdapat sejumlah laporan berbeda soal efektivitas vaksin. Uji coba di Amerika Serikat menunjukkan efektivitas 72 persen, sementara di Afrika Selatan tercatat 57 persen.
(dis/dis)
Cerita Sukses Kreator Konten Madame Malla Jalani Bisnis Berawal dari Covid-19
Kamis, 14 Nov 2024 21:28 WIB
Sambil Kenakan Gaun Perempuan, Miller Khan Umumkan Terpapar COVID-19
Senin, 11 Jul 2022 15:15 WIB
Alami Anosmia karena Corona, Keluarga Ini Tak Tahu Rumahnya Terbakar
Rabu, 20 Jan 2021 14:27 WIB
Keseringan Tes COVID-19, Hillary Duff Mengaku Infeksi Mata
Kamis, 07 Jan 2021 12:46 WIBTERKAIT