COVID-19 Bukan Lagi Pandemi Tapi Sindemi, Apa Artinya?

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO sempat menetapkan virus Corona yang terjadi hampir di seluruh dunia adalah sebagai pandemi global.

Sudah ada puluhan juta orang yang terinfeksi virus tersebut.

Beberapa negara pun masih bergelut demi mencegah penularan dan memusnahkan virus tersebut.

Tingginya angka kasus Corona dari tiap negara, pemerintah pun menganjurkan untuk melakukan lockdown di berbagai daerah.

Hal itu dilakukan demi menekan angka penularan virus COVID-19. Melihat keadaan tersebut pemimpin redaksi jurnal ilmiah The Lancet, Richard Horton, menilai COVID-19 bukan lagi sebagai pandemi melainkan sindemi.

Dilansir dari BBC, Sindemi adalah akronim dari kata sinergi dan pandemi yang memiliki arti COVID-19 tidak boleh berdiri sendiri.

Di satu sisi SARS-CoV-2 yaitu virus penyebab COVID-19. Di sisi lain ada serangkaian penyakit yang sudah diidap seseorang.

Dua elemen itu akan berinteraksi dalam konteks ketimpangan sosial yang mendalam.

Sindemi juga bukan merupakan istilah yang baru. Kata ini diciptakan antropolog medis asal Amerika Serikat, Merill Singer, pada 1990-an.

Kata itu digunakan oleh dua penyakit atau lebih berinteraksi yang menyebabkan kerusakan yang lebih besar.

"Dampak dari interaksi ini juga difasilitasi oleh kondisi sosial dan lingkungan yang entah bagaimana dapat menyatukan kedua penyakit atau membuat populasi menjadi lebih rentan terhadap dampaknya," kata Singer.

Untuk itu, demi mencegah dan memberantas virus Corona, masyarakat diimbau untuk selalu menerapkan protokol kesehatan.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB juga mengimbau masyarakat untuk selalu menerapkan gaya hidup 3M yaitu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak.

[Gambas:Video Insertlive]