Viral Anak Petani Lulus S2 di Luar Negeri

Jakarta, Insertlive - Beberapa waktu viral kisah anak seorang petani yang lulus di Universitas Colombia, Amerika Serikat. Anak itu bernama Robinson Sinurat yang sukses mewujudkan mimpinya untuk bersekolah di luar negeri.
Kisahnya memang jadi inspirasi banyak orang untuk tidak takut mengejar mimpi. Apa lagi mimpi itu harus dikejar dengan pengorbanan yang cukup besar.
Sekitar tahun 2015 dari bulan Januari sampai Desember, Robinson berusaha untuk bisa mahir berbahasa Inggris. Hal itu dilakukannya agar bisa melanjutkan sekolah di luar negeri.
Hingga akhirnya Robinson berhasil lulus tes bahasa Inggris. Ia juga kemudian berhasil mendapatkan beasiswa dari pemerintah untuk melanjutkan S2 di Universitas Colombia.
"Ya butuh proses yang lumayan panjang, baik itu untuk beasiswa maupun ke kampusnya, dan pada akhirnya aku lolos kedua-duanya, lolos beasiswa dan di Colombia University," ujar Robinson saat ditemui bersama orang tuanya di studio Trans TV, Tendean, Jakarta Selatan, Rabu (19/6).
Bukan perjuangan yang mudah untuk Robinson bisa melanjutkan sekolah di luar negeri. Apa lagi pada saat itu orang tua Robinson yang hanya bekerja sebagai petani tidak memiliki cukup uang.
"Itu sangat berat sekali waktu setelah lulus SMA, orang tua bilang kalau aku nggak masuk perguruan tinggi negeri mendingan nggak usah kuliah, karena mereka memang nggak punya dana lagi, kemudian aku lolos nih perguruan tinggi negeri, bahkan waktu lolos perguruan tinggi negeri, kedua orang tua ku bilang kalau kita nggak punya uang," ujar Robinson.
Berbagai usaha dilakukan Robinson dan untuk bisa melanjutkan kuliah di perguruan tinggi negeri. Hingga akhrinya ia mendapatkan uang pinjaman dari teman dekat yang berbaik hati.
"Jadi pinjem sana sini nggak nemu, akhirnya ada teman dekat aku yang mau meminjamkan uangnya, jadi aku berangkat ke Universitas Sriwijaya di Palembang dengan uang pas-pasan," cerita Robinson.
Waktu kuliah di Palembang, Robinson juga terpaksa menumpang di rumah seorang penjaga kosan. Bahkan ia hanya bisa makan sekali sehari untuk bisa bertahan hidup di sana.
"Waktu itu aku hanya numpang di rumah bapak penjaga kosan, jadi aku sekamar dengan penjaga kosan di daerah Indralaya, dan untuk semester pertama aku cuman makan sehari sekali karena nggak ada kiriman uang," cerita Robinson.
Hidup hemat menjadi pilihan utama bagi Robinson untuk bisa bertahan hidup demi melanjutkan sekolahnya. Beruntung ia juga punya teman yang mau berbagi makanan dengannya.
"Waktu itu aku masih punya sisa uang pinjaman dari orang tuaku, itu aku gunakan untuk beli buku praktikum, jadi aku kayak ya udah deh makan sehari sekali, aku makan di sore hari jadi bisa tersimpan untuk malam dan pagi hari, dan ada juga salah satu teman dekat yang udah beli mie instan, jadi setiap paginya itu kita berbagi itu," kata Robinson.
Meski mendapat beasiswa, Robinson juga harus mencari uang untuk kebutuhan hidupnya. Ia kemudian memilih untuk mengajar di salah satu tempat bimbingan belajar di Palembang.
Robinson tak pernah mengharapkan bantuan apa pun dari kedua orang tuanya. Ia sudah merasa cukup senang ketika tahu orang tua selalu mendoakan kesuksesannya.
"Aku hanya minta doa mereka sih sebenarnya, waktu aku hanya makan sekali sehari, aku nggak pernah kasih tahu mereka, aku berusaha untuk semaksimal mungkin lulus tepat waktu dan bisa membantu mereka," ujar Robinson.
Robinson memang tak pernah bisa berbagi cerita soal permasalahan akademik dengan orang tuanya yang tidak sekolah. Namun ia merasa doa tulus dari orang tuanya menjadi pemacu semangat untuk menyelesaikan apa yang sudah dimulainya.
"Aku selalu sharing dengan orang tua di kampung, walaupun bukan masukan yang akademik atau pengalaman mereka ketika sekolah, tapi ketulusan dan doa dari mereka ini yang membuat aku percaya bisa sampai di titik ini," ungkap Robinson.
Kini Robinson kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan dan punya pengalaman kerja di luar negeri. Ia merasa harus bisa membawa manfaat dari pendidikannya untuk masyarakat Indonesia.
"Jadi aku bakal stay di Indonesia, karena kita kan dibiayai pemerintah, so i must give it back to my society, jadi aku harus balik, karena aku udah sekolah di sana, punya pengalaman kerja di sana, jadi ini saatnya aku mengimplementasikannya ke Indonesia," ujar Robinson.
Robinson tak pernah menyangka kisahnya bisa menjadi viral di Indonesia. Ia memang punya keinginan bisa menjadi inspirasi bagi anak muda di seluruh Indonesia.
"aku juga pengen menginspirasi anak-anak di Indonesia supaya tidak takut bermimpi, mungkin karena aku anak desa yang orang tua aku aja nggak lulus sekolah," kata Robinson.
(ikh/ikh)
Kisahnya memang jadi inspirasi banyak orang untuk tidak takut mengejar mimpi. Apa lagi mimpi itu harus dikejar dengan pengorbanan yang cukup besar.
Sekitar tahun 2015 dari bulan Januari sampai Desember, Robinson berusaha untuk bisa mahir berbahasa Inggris. Hal itu dilakukannya agar bisa melanjutkan sekolah di luar negeri.
Hingga akhirnya Robinson berhasil lulus tes bahasa Inggris. Ia juga kemudian berhasil mendapatkan beasiswa dari pemerintah untuk melanjutkan S2 di Universitas Colombia.
ADVERTISEMENT
"Ya butuh proses yang lumayan panjang, baik itu untuk beasiswa maupun ke kampusnya, dan pada akhirnya aku lolos kedua-duanya, lolos beasiswa dan di Colombia University," ujar Robinson saat ditemui bersama orang tuanya di studio Trans TV, Tendean, Jakarta Selatan, Rabu (19/6).
Bukan perjuangan yang mudah untuk Robinson bisa melanjutkan sekolah di luar negeri. Apa lagi pada saat itu orang tua Robinson yang hanya bekerja sebagai petani tidak memiliki cukup uang.
"Itu sangat berat sekali waktu setelah lulus SMA, orang tua bilang kalau aku nggak masuk perguruan tinggi negeri mendingan nggak usah kuliah, karena mereka memang nggak punya dana lagi, kemudian aku lolos nih perguruan tinggi negeri, bahkan waktu lolos perguruan tinggi negeri, kedua orang tua ku bilang kalau kita nggak punya uang," ujar Robinson.
Berbagai usaha dilakukan Robinson dan untuk bisa melanjutkan kuliah di perguruan tinggi negeri. Hingga akhrinya ia mendapatkan uang pinjaman dari teman dekat yang berbaik hati.
"Jadi pinjem sana sini nggak nemu, akhirnya ada teman dekat aku yang mau meminjamkan uangnya, jadi aku berangkat ke Universitas Sriwijaya di Palembang dengan uang pas-pasan," cerita Robinson.
Waktu kuliah di Palembang, Robinson juga terpaksa menumpang di rumah seorang penjaga kosan. Bahkan ia hanya bisa makan sekali sehari untuk bisa bertahan hidup di sana.
"Waktu itu aku hanya numpang di rumah bapak penjaga kosan, jadi aku sekamar dengan penjaga kosan di daerah Indralaya, dan untuk semester pertama aku cuman makan sehari sekali karena nggak ada kiriman uang," cerita Robinson.
![]() |
Hidup hemat menjadi pilihan utama bagi Robinson untuk bisa bertahan hidup demi melanjutkan sekolahnya. Beruntung ia juga punya teman yang mau berbagi makanan dengannya.
"Waktu itu aku masih punya sisa uang pinjaman dari orang tuaku, itu aku gunakan untuk beli buku praktikum, jadi aku kayak ya udah deh makan sehari sekali, aku makan di sore hari jadi bisa tersimpan untuk malam dan pagi hari, dan ada juga salah satu teman dekat yang udah beli mie instan, jadi setiap paginya itu kita berbagi itu," kata Robinson.
Meski mendapat beasiswa, Robinson juga harus mencari uang untuk kebutuhan hidupnya. Ia kemudian memilih untuk mengajar di salah satu tempat bimbingan belajar di Palembang.
Robinson tak pernah mengharapkan bantuan apa pun dari kedua orang tuanya. Ia sudah merasa cukup senang ketika tahu orang tua selalu mendoakan kesuksesannya.
"Aku hanya minta doa mereka sih sebenarnya, waktu aku hanya makan sekali sehari, aku nggak pernah kasih tahu mereka, aku berusaha untuk semaksimal mungkin lulus tepat waktu dan bisa membantu mereka," ujar Robinson.
Robinson memang tak pernah bisa berbagi cerita soal permasalahan akademik dengan orang tuanya yang tidak sekolah. Namun ia merasa doa tulus dari orang tuanya menjadi pemacu semangat untuk menyelesaikan apa yang sudah dimulainya.
"Aku selalu sharing dengan orang tua di kampung, walaupun bukan masukan yang akademik atau pengalaman mereka ketika sekolah, tapi ketulusan dan doa dari mereka ini yang membuat aku percaya bisa sampai di titik ini," ungkap Robinson.
Kini Robinson kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan dan punya pengalaman kerja di luar negeri. Ia merasa harus bisa membawa manfaat dari pendidikannya untuk masyarakat Indonesia.
"Jadi aku bakal stay di Indonesia, karena kita kan dibiayai pemerintah, so i must give it back to my society, jadi aku harus balik, karena aku udah sekolah di sana, punya pengalaman kerja di sana, jadi ini saatnya aku mengimplementasikannya ke Indonesia," ujar Robinson.
Robinson tak pernah menyangka kisahnya bisa menjadi viral di Indonesia. Ia memang punya keinginan bisa menjadi inspirasi bagi anak muda di seluruh Indonesia.
"aku juga pengen menginspirasi anak-anak di Indonesia supaya tidak takut bermimpi, mungkin karena aku anak desa yang orang tua aku aja nggak lulus sekolah," kata Robinson.
(ikh/ikh)
ARTIKEL TERKAIT

Pilu, Tangisan 3 Anak Kembar Ini Tak Bisa Bangunkan Jenazah Sang Ibu
Rabu, 04 Dec 2019 15:05 WIB
Pasangan 18 Tahun Rayakan Anniversary hingga Undang Keluarga
Kamis, 31 Oct 2019 21:45 WIB
Lamaran Disawer Dollar, Netizen: Udah Ketemu Hotman Belum?
Selasa, 10 Sep 2019 09:38 WIB
Tiga Orang Sesumbar Kecelakaan Tragis, Netizen: Omongan adalah Doa
Selasa, 10 Sep 2019 09:30 WIB
BACA JUGA

5 Berita Populer: Nikita Tuntut Reza Minta Maaf, Baim Dapat Hak Asuh Anak
Kamis, 26 Jun 2025 21:47 WIB
Unggah Foto SIM, Muka Omara Esteghlal Disebut Prilly Latuconsina Mirip Tersangka
Selasa, 24 Jun 2025 14:30 WIB
Andre Taulany Pernah Bahas Perang Dunia ke-3 di 'Kiamat Sudah Dekat', Ingatkan Pentingnya Ibadah
Selasa, 24 Jun 2025 12:30 WIB
UPCOMING EVENTS
Lebih lanjut
detikNetwork
VIDEO
TERKAIT
TERKAIT
POPULER