5 Fakta Menarik Tentang PM Selandia Baru, Jacinda Ardern

Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern menjadi pemimpin negara pertama yang hadir di sidang Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) dengan membawa serta bayinya. Ia hadir bersama sang suami, Clarke Gayford yang membantunya mengurus bayi saat sidang berlangsung.

Hal itu tentu membuat kedatangannya menjadi pusat perhatian peserta yang hadir saat itu. Bahkan seorang delegasi asal Jepang sampai terkejut melihat suami Jacinda sedang mengganti popok bayinya. Jacinda Ardern jadi Perdana Menteri termuda yang pernah dilantik di Selandia Baru. Hal itu belum pernah terjadi sejak pemerintahan di tahun 1856.

Hal ini menunjukan bahwa usia tak menjadi penghalang untuk seseorang menjadi pemimpin negara. Karena masyarakat Selandia Baru terbukti mempercayai roda pemerintahan pada sosok yang berusia muda. Jumlah wanita yang menjadi pemimpin negara hanya sebesar lima persen di dunia, dan Jacinda Ardern salah satunya. Ia adalah wanita ke tiga yang menjadi Perdana Menteri di Selandia Baru.

Di usianya yang 37 tahun, Jacinda dilantik menjadi pemimpin negara yang berpopulasi 4,6 juta orang. Hal ini menandakan masyarakat Selandia Baru sangat memperhatikan kesetaraan gender. Jacinda Ardern jadi perempuan kedua yang melahirkan di saat menjabat sebagai pemimpin negara. Sebelumnya ada Perdana Menteri Pakistan, Benazir Bhutto yang melahirkan saat menjabat di tahun 1990.

Jacinda dilantik menjadi Perdana Menteri Selandia Baru pada tahun 2017. kemudian ia melahirkan anaknya enam bulan setelah ia dilantik dan menjabat pada bulan Oktober. Posisinya sebagai Perdana Menteri Selandia Baru, membuat Jacinda mengeluarkan banyak kebijakan yang hebat untuk negaranya. Ia menaikkan upah minimum, kemudian meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin, dan menjadikan Selandia Baru negara yang netral Karbon.

Selain itu ia juga mengupayakan Selandia Baru menjadi negara paling kondusif untuk membangun keluarga. Hal tadi membuat dirinya berada di posisi ke 29 dalam daftar 100 perempuan paling berpengaruh versi majalah Forbes.