Ini Penyebab Banjir Abadi di 'Desa Mati' Depok Menurut PUPR

Publik saat ini tengah dihebohkan dengan 'Desa Mati' di Depok yang disebabkan banjir abadi sejak November 2023 lalu. Akibat banjir yang hingga saat ini terus menggenang, akses jalan yang menghubungkan Cipayung dengan Pasir Putih lumpuh.
Bambang Heri Mulyono, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung Cisadane PUPR mengatakan banjir yang merendam desa tersebut diakibatkan longsor sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung dan penyempitan sungai.
"Jadi yang pertama, ada TPA di pinggir sungai. Itu, kan, sudah lama. TPA itu longsor, tanggul-tanggul pembatasnya juga sudah roboh. Itu menyebabkan penyempitan di aliran Kali Pesanggrahan. Karena ada penyempitan, otomatis, kemudian ada yang namanya back water, ya, maka airnya jadi naik di lokasi yang dataran rendah," jelas Bambang Heri Mulyono, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung Cisadane PUPR, dilansir dari Detikcom.
Baca Juga : Pulau di Jepang Diinvasi Kucing! |
Ia mengatakan sampah yang masuk ke sungai dan tersangkut hingga menumpuk menyebabkan aliran air menjadi tersumbat.
"Sampah yang masuk ke aliran sungai pasti ada yang tersangkut di bantaran sungai. Sampah yang tidak langsung dibersihkan dan menumpuk lama di tanah menyebabkan tanah menjadi gembur. Struktur tanah yang lembut rawan sekali longsor. Jika tanah longsor di pinggiran kali, maka bantarannya semakin sempit ditambah sampah terus datang, akhirnya air tidak dapat lewat," tuturnya.
Bambang juga menyampaikan untuk mengatasi permasalahan banjir abadi tersebut dengan cara memindahkan TPA Cipayung jauh dari kawasan Kali Pesanggrahan.
"Maka dari itu, kunci utama agar banjir abadi di Depok bisa cepat teratasi adalah memindahkan TPA Cipayung menjauh dari area Kali Pesanggrahan. Namun, menurutnya pemindahan tidak semudah itu. Perlu ada wewenang dari Pemkot Depok untuk mencari lahan baru dan perizinannya. Itu dari Pemkot Depok, kalau nggak salah Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan yang menangani sampah," lanjutnya.
Bambang juga mengimbau agar warga berhenti untuk membangun rumah di sekitaran Kali Pesanggrahan lantaran berisiko untuk keselamatan.
"Dari sudut kami, memang tidak disarankan warga tinggal di daerah cekungan yang dataran rendah karena ada luapan air sedikit, akan terendam. Itu memang sebaiknya jangan tinggal di situ karena berpotensi kebanjiran. Cuma, ya, mungkin mereka tidak punya (pilihan) yang lain. Sehingga terpaksa tinggal di situ," pungkasnya.
(kpr/and)
Mengenal Ekowisata, Jenis Pariwisata Ramah Lingkungan yang Tengah Jadi Tren
Rabu, 16 Apr 2025 20:00 WIB
Liburan ke Gunung Fuji Jepang Hanya Rp500 Ribu tanpa Travel, Ini Rinciannya
Sabtu, 01 Feb 2025 10:30 WIB
Sensasi Meminjam Barang Unik di Hotel Serasa Pinjam ke Tetangga
Selasa, 19 Dec 2023 22:00 WIB
Bukan Paris, Ini Kota Paling Cantik Sedunia Berdasarkan Sains
Jumat, 05 Aug 2022 07:50 WIB
7 Gunung di Indonesia yang Cocok untuk Pendaki Pemula, Ada Rinjani?
Rabu, 25 Jun 2025 21:15 WIB
81 Negara Ini Bebaskan Visa untuk Paspor Indonesia, Apa Saja?
Senin, 23 Jun 2025 15:45 WIB
Pacu Adrenalin, Cobain Naik Paramator Diatas Pantai Manggar Balikpapan
Minggu, 15 Jun 2025 11:30 WIBTERKAIT