Alasan Deva Mahenra Ngebet Bintangi Film 'Setetes Embun Cinta Niyala'

Film drama religi yang diangkat dari novel karya Habiburrahman El Shirazy bertajuk Setetes Embun Cinta Niyala akan memeriahkan Lebaran tahun ini.

Film yang akan tayang di Netflix pada 31 Maret mendatang ini berkisah tentang gadis desa bernama Niyala (Beby Tsabina) yang berhasil mewujudkan impiannya menjadi seorang dokter.

Namun, di tengah pencapaian tersebut, ia harus menghadapi kenyataan pahit ketika dipaksa menikah dalam perjodohan demi melunasi utang keluarga.

Di saat yang sama, Niyala juga harus merelakan Faiq (Deva Mahenra), teman masa kecil yang diam-diam ia cintai, untuk menikah dengan perempuan lain.

Deva Mahenra sebagai pemeran utama mengakui dirinya sendiri yang meinta kepada produser Manoj Punjabi agar peran Faiq diberikan kepadanya.

Alasan Deva melakukan hal tersebut tak lain lantaran ia ingin terlibat dalam film yang diadaptasi dari karya Habiburrahman El Shirazy. Deva mengaku dirinya dulu besar dengan karya film Ayat-Ayat Cinta dan bermimpi suatu hari bisa terlibat dalam proses film seperti itu.

"Saya mau banget karena saya adalah generasi yang tumbuh dengan betapa suksesnya Ayat-Ayat Cinta dulu. Saya dulu pengen ada di situ. Siapa sih yang nggak mau masuk ke dalam produksi MD dan Habiburrahman El Shirazy?" ungkap Deva dalam konferensi pers yang digelar di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (19/3).

Selain itu, ia juga sangat ingin bekerja sama dengan sutradara Anggy Umbara yang sudah lama dikenalnya.

"Ini kali pertama saya bekerja sama dengan Anggy Umbara. Sudah kenal lama, tapi nggak berjodoh-jodoh baik di film atau series. Nah, makanya saya paksa deh," tutur Deva.

Pemain dan kreator Setetes Embun Cinta Niyala/ Foto: Dini Astari

Sementara itu, novel Setetes Embun Cinta Niyala telah terbit pada 2005 silam alias 20 tahun sebelum film adaptasinya rilis.

Rentan waktu yang jauh ini pun diakui Habiburrahman El Shirazy sebagai penulis bahwa akan ada penyesuaian-penyesuaian yang terjadi dalam film. Menurutnya, versi film ini adalah pelengkap dari apa yang tak ditemukan dalam versi novel.

"Film ini tentang cinta, cinta itu universal, mau tahun berapa pun tidak masalah. Cerita ini juga bentuk awalnya novelet, itu relatif singkat, jadi masih perlu tambahan-tambahan banyak hal," ungkap penulis yang akrab disapa Kang Abik ini.

"Sehingga hal yang memang dirasa perlu dimasukkan di proses kreatif selanjutnya, pengembangan-pengembangan itu terjadi di dalam filmnya. Jadi memang banyak hal yang tidak ada di versi noveletnya, hadir di versi filmnya," bebernya.