Terinspirasi dari Lagu, Film 'Mendung Tanpo Udan' Kisahkan Realita Kehidupan

Film Mendung Tanpo Udan siap mewarnai layar lebar Tanah Air. Film ini tayang di bioskop mulai 29 Februari mendatang.

Pada awalnya, Mendung Tanpo Udan adalah sebuah lagu cinta berbahasa Jawa karya Kukuh Prasetya atau Kukuh Kudamai.

Lagu tersebut kemudian diadaptasi menjadi sebuah novel berjudul sama oleh penulis Fairuzul Mumtaz.

Sesuai dengan lagunya, film Mendung Tanpo Udan akan menghadirkan kisah tentang realita kehidupan yang meliputi mimpi dan cita-cita.

"Film ini sebuah realita kehidupan, yang di mana ini fase kehidupan mungkin semua orang pernah ada melewati fase ini, entah belum atau sudah lewat. Kayaknya setiap orang pernah dihadapkan dengan pilihan cinta atau mimpinya, persimpangan itulah," ungkap Yunita Siregar pemeran Mendung, di Studio InsertLive pada Selasa (6/2).

Uniknya, 90 persen dialog dalam film ini menggunakan bahasa dan dialek Jawa, seperti lirik lagu Mendung Tanpo Udan.

Para pemain menghabiskan waktu hingga dua pekan khusus untuk belajar bahasa dan logat Jawa.

"Kita dikasih coach dari PH (production house) untuk melatih kita (Bahasa Jawa). Intens banget dari pagi sampai sore, setiap hari," beber Yunita Siregar.

"Benar-benar kata per kata, intonasi, penekanannya itu yang harus hati-hati," imbuh Aulia Deas, pemeran Petri.

Selain itu, film ini juga menampilkan keunikan dari tradisi Jawa.

Tim produksi dan para pemain berkolaborasi dengan berbagai komunitas dan seniman Yogyakarta untuk mengangkat keunikan tradisional.

"Banyak berkolaborasi dengan seniman-seniman dari Yogyakarta. Kita juga banyak kolaborasi sama komunitas untuk film ini. Jadi, kita banyak menunjukkan sisi tradisionalnya, ya," pungkas Tomy Lim yang memerankan Kartolo.

Sinopsis Mendung Tanpo Udan

Mendung dan Udan adalah pasangan kekasih yang menjalani hubungan di tengah berbagai macam perbedaan. Udan adalah seorang mahasiswa seni idealis yang bercita-cita menjadi seorang penyanyi sukses.

Sesuai dengan jurusan yang diambilnya, Udan memiliki penampilan layaknya anak seni pada umumnya, terkesan sangat santai dan cuek.

Mendung adalah seorang mahasiswi farmasi yang bercita-cita menjadi seorang wanita karier. Berbeda dengan Udan, Mendung adalah seorang perempuan yang sangat peduli akan penampilannya karena didorong oleh lingkungan pergaulannya.

Perbedaan tersebut pada awalnya hanya menciptakan gesekan kecil di antara Mendung dan Udan, layaknya pasangan pada umumnya. Namun, seiring bertambahnya usia, perbedaan tadi menciptakan konflik yang makin serius di antara keduanya.

Mendung yang lebih dahulu menyelesaikan kuliahnya, mulai menjalani karier di dunia kerja. Di sisi lain, Udan masih berkutat dengan kehidupan kampusnya karena tidak kunjung menyelesaikan kuliahnya.

Hal itu kemudian menimbulkan pertanyaan dari Mendung, tentang keseriusan Udan dalam menjalani masa depannya, termasuk masa depannya bersama Mendung.

Namun, Udan bersikeras ingin membuktikan dirinya dapat menjadi seorang penyanyi sukses. Ia tetap yakin dengan jalan yang dipilihnya. Sebab, ia ingin membuktikan pada ayahnya yang telah mengubur karier Ibu Udan sebagai penyanyi.

Kondisi semakin pelik ketika muncul sosok Will, pria mapan yang berusaha mendekati Mendung. Udan pun harus berada di persimpangan jalan, antara memperjuangkan cintanya pada Mendung atau membuktikan ke semua orang bahwa ia bisa mewujudkan cita-citanya.