Film 'Oppenheimer' Perdana Puncaki Box Office, Barbie Mulai Merosot

Film Oppenheimer akhirnya berhasil menduduki puncak box office seluruh dunia pada minggu keenam semenjak peluncurannya di Amerika Serikat dan dunia. Film Barbie yang selama ini menjadi jawara Box Office harus tergeser pada urutan kedua.

Kedua film tersebut rilis pada hari yang sama 21 Juli 2023 lalu. Film komedi fantasi besutan Greta Gerwig, Barbie, selalu mengungguli Oppenheimer di box office global.

Namun, pada akhir pekan tanggal 25 hingga 27 Agustus, film drama sejarah garapan Christopher Nolan yang berhasil menanjak dan bertengger pada peringkat teratas.

Berdasarkan laporan ScreenDaily, film Oppenheimer memperoleh tambahan US$38,1 atau Rp580 miliar secara global pada pekan terakhir bulan Agustus, sementara Barbie tertinggal di belakang dengan US$35,3 juta setara dengan Rp533 miliar.

Peningkatan pemasukan untuk Oppenheimer merupakan pengaruh dari penayangan di dua negara yang terlambat, Italia dan Yunani, dibanding negara-negara lainnya di dunia.

Italia menambah pemasukan Oppenheimer sebesar US$9,7 juta (Rp148 miliar) dan Yunani US$882.000 (Rp13 miliar). Film Oppenheimer diprediksi akan terus mengalami lonjakan pemasukan dan profit pada pekan mendatang. Pasalnya, Tiongkok baru akan memutar film yang menceritakan sosok pembuat bom atom ini pada hari Rabu (30/8) kemarin.

Mengalami penurunan tak berarti popularitas Barbie surut, pemasukan film live action besutan sutradara wanita terlaris sepanjang masa ini masih terus bertambah sehingga berpeluang besar melampaui The Super Mario Bros Movie sebagai film terlaris pada tahun 2023.

Rilisan ganda Barbie dan Oppenheimer menciptakan fenomena "Barbenheimer" yang mendongkrak kesuksesan kedua film tersebut di box office.

Berdasarkan ulasan NME, film Oppenheimer tak sebatas film sejarah yang mengangkat kisah definitif pembuat bom atom, tetapi juga pencapaian monumental pada ranah sinema dunia.

"Selama bertahun-tahun, Nolan telah menyempurnakan seni blockbuster yang serius, dia menelurkan karya-karya epik multipleks yang cerdas, dia juga merancangnya dengan cermat sehingga menuntut perhatian; yang tidak bisa ditonton di mana pun selain di bioskop, tanpa gangguan. Namun, Oppenheimer entah bagaimana, terasa lebih besar," tulis NME.