Mengungkap Teori Time Travel di Avengers: Endgame

Jakarta, Insertlive - Peringatan: Tulisan ini bersifat Spoiler
Film crossover garapan Marvel, Avengers: Endgame, kini tengah hits dan menciptakan banyak rekor penjualan. Saking larisnya, film garapan Russo bersaudara ini dipercaya akan melampaui pendapatan film terlaris sepanjang masa, Avatar, garapan James Cameron.
Kesuksesan itu tentu saja karena cermatnya kedua penulis film ini (Christopher Markus dan Stephen McFleely) dalam merangkai plot. Yakni membuat konsep waktu dan mesin waktu yang berbeda dari film-film biasanya.
Di awal film, para Avengers terlihat menyerang balik Thanos namun hal itu tak bisa mengubah keadaan karena Infinity Stone sudah dihancurkan. Karena hal tersebut Avengers pun digambarkan begitu putus asa dan melewati 5 tahun tanpa bisa melakukan apapun hingga akhirnya muncul Scoott Lang yang menjelaskan tentang alam quantum.
Hal tersebutlah yang membuat Avengers kembali memiliki harapan baru untuk mengembalikan semesta seperti semula. yang cukup berbeda adalah hukum perjalanan waktu yang berbeda dari film-film sebelumnya yang mengambil konsep perjalanan waktu.
Dalam konsep perjalanan waktu konvensional, terdapat sebuah teori bernama Grandfather Paradox, yang mana jika penjelajah waktu pergi ke masa lalu ia bisa saja mengubah masa depan jika melakukan sesuatu. Hal ini pun terdapat dalam dua film tentang mesin waktu, semisal Back to the Future garapan Steven Spielberg maupun Looper garapan Rian Jonshon, namun dalam film Avengers: Endgame ini, teori tersebut benar-benar terbantahkan.
Hal itu terjadi saat Rhodes atau War Machine memberi saran untuk melakukan perjalanan waktu ke masa saat Thanos masih bayi dan membunuhnya, ia beranggapan jika hal tersebut dilakukan maka bumi akan terselamatkan. Namun pendapat tersebut ditolak oleh Bruce Banner, dalam sebuah dialog.
"Jika kau pergi kembali ke masa lalu, tujuan tersebut menjadi masa depanmu, dan masa kini yang sudah kamu jalani menjadi masa lalu, yang tidak bisa diubah oleh masa depan baru kamu," sanggah Bruce.
Meskipun menyanggah soal Grandfather Paradox, nyatanya Avengers: Endgame ini bersumber dari konsep lain soal perjalanan waktu, yakni Many World, sebuah konsep fisikawan asal Britania Raya, David Deutsch. Dalam konsepnya, Deutsch menjelaskan bahwa kita kita mengubah masa lalu, maka yang muncul adalah realitas baru, dan perbuatan yang dilakukan penjelajah waktu di masa lalu takkan mengubah apapun terhadap realitas yang sudah ada.
Hal ini lah yang diamini para Avengers, setelah bersepakat ke masa lalu untuk mengambil Infinity Stone, meraka juga bersepakat mengemembalikan batu-batu tersebut ke tempat yang seharusnya sehingga tidak tercipta banyak realitas. Hal ini pun sudah dijelaskan oleh Ancient One saat Bruce Banner meminta Time Stone darinya.
Di mana Ancient One mengingatkan tentang munculnya sebuah realita lainnya jika Infinity Stones tersebut diambil dari waktunya. Karena itulah pada awalnya Ancient One tidak ingin memberikannya kepada Bruce, dan akhirnya setuju saat Bruce mengatakan bahwa Doctor Strange pernah menyerahkan batu tersebut secara sukarela.
Selain cermat dalam penggunaan konsep mesin waktu, Avengers juga menggunakan konsep quantum realm. Dalam Alam kuantum, manusia harus berukuran kecil setara atom, namun untuk menemukan jalan ke masa lalu yang mereka inginkan, dibutuhkanlah alat navigasi, seperti GPS. Ini lah mesin yang dibuat oleh Tony Stark dalam Avengers Endgame dan membatu untuk mengambil seluruh Infinity Stone dan mengembalikan manusia yang hilang akibat jentikan Thanos.
Meskipun bisa diterima secara akal, namun Avengers: Endgame ini tidak sepenuhnya tepat dalam menyingkap perjalanan soal mesin waktu. Dilansir dari Fast Company, terdapat dua ilmuan ahli fisika kuantum, Pieter Kok dan Metthew Szydagis, yang membantah konsep waktu yang ada dalam film Avengers: Endgame.
"Dengan teori relativitas dari (Albert) Einstein, satu tiket perjalanan ke masa depan sangat mungkin dilakukan dengan berbagai cara. Masalahnya, perjalanan melintasi waktu ke masa lalu, sejauh yang kita bisa jelaskan, membutuhkan energi negatif fisik, yang kita tidak yakin apakah benar-benar ada," tulis Szydagis.
Selain Szydagis, Kok pun menyoroti soal mesin waktu yang membutuhkan energi yang besar untuk membuat lubang cacing (wormhole) di Bumi, sesuatu yang menurutnya mustahil.
Meskipun begitu, film Avengers: Endgame tetap menyajikan cerita yang luar biasa mengesankan, tepat dalam meletakan humor, hingga rasa haru yang membuat tak sedikit penontonnya merasakan katarsis, hingga menangis di akhir kisah.
(doa/doa)
Film crossover garapan Marvel, Avengers: Endgame, kini tengah hits dan menciptakan banyak rekor penjualan. Saking larisnya, film garapan Russo bersaudara ini dipercaya akan melampaui pendapatan film terlaris sepanjang masa, Avatar, garapan James Cameron.
Kesuksesan itu tentu saja karena cermatnya kedua penulis film ini (Christopher Markus dan Stephen McFleely) dalam merangkai plot. Yakni membuat konsep waktu dan mesin waktu yang berbeda dari film-film biasanya.
Di awal film, para Avengers terlihat menyerang balik Thanos namun hal itu tak bisa mengubah keadaan karena Infinity Stone sudah dihancurkan. Karena hal tersebut Avengers pun digambarkan begitu putus asa dan melewati 5 tahun tanpa bisa melakukan apapun hingga akhirnya muncul Scoott Lang yang menjelaskan tentang alam quantum.
ADVERTISEMENT
![]() Cuplikan Avengers Endgame |
Hal tersebutlah yang membuat Avengers kembali memiliki harapan baru untuk mengembalikan semesta seperti semula. yang cukup berbeda adalah hukum perjalanan waktu yang berbeda dari film-film sebelumnya yang mengambil konsep perjalanan waktu.
IKUTI QUIZ
Hal itu terjadi saat Rhodes atau War Machine memberi saran untuk melakukan perjalanan waktu ke masa saat Thanos masih bayi dan membunuhnya, ia beranggapan jika hal tersebut dilakukan maka bumi akan terselamatkan. Namun pendapat tersebut ditolak oleh Bruce Banner, dalam sebuah dialog.
"Jika kau pergi kembali ke masa lalu, tujuan tersebut menjadi masa depanmu, dan masa kini yang sudah kamu jalani menjadi masa lalu, yang tidak bisa diubah oleh masa depan baru kamu," sanggah Bruce.
![]() Cuplikan Avengers Infinity War |
Meskipun menyanggah soal Grandfather Paradox, nyatanya Avengers: Endgame ini bersumber dari konsep lain soal perjalanan waktu, yakni Many World, sebuah konsep fisikawan asal Britania Raya, David Deutsch. Dalam konsepnya, Deutsch menjelaskan bahwa kita kita mengubah masa lalu, maka yang muncul adalah realitas baru, dan perbuatan yang dilakukan penjelajah waktu di masa lalu takkan mengubah apapun terhadap realitas yang sudah ada.
Hal ini lah yang diamini para Avengers, setelah bersepakat ke masa lalu untuk mengambil Infinity Stone, meraka juga bersepakat mengemembalikan batu-batu tersebut ke tempat yang seharusnya sehingga tidak tercipta banyak realitas. Hal ini pun sudah dijelaskan oleh Ancient One saat Bruce Banner meminta Time Stone darinya.
Di mana Ancient One mengingatkan tentang munculnya sebuah realita lainnya jika Infinity Stones tersebut diambil dari waktunya. Karena itulah pada awalnya Ancient One tidak ingin memberikannya kepada Bruce, dan akhirnya setuju saat Bruce mengatakan bahwa Doctor Strange pernah menyerahkan batu tersebut secara sukarela.
![]() Cuplikan Avengers Endgame |
Selain cermat dalam penggunaan konsep mesin waktu, Avengers juga menggunakan konsep quantum realm. Dalam Alam kuantum, manusia harus berukuran kecil setara atom, namun untuk menemukan jalan ke masa lalu yang mereka inginkan, dibutuhkanlah alat navigasi, seperti GPS. Ini lah mesin yang dibuat oleh Tony Stark dalam Avengers Endgame dan membatu untuk mengambil seluruh Infinity Stone dan mengembalikan manusia yang hilang akibat jentikan Thanos.
Meskipun bisa diterima secara akal, namun Avengers: Endgame ini tidak sepenuhnya tepat dalam menyingkap perjalanan soal mesin waktu. Dilansir dari Fast Company, terdapat dua ilmuan ahli fisika kuantum, Pieter Kok dan Metthew Szydagis, yang membantah konsep waktu yang ada dalam film Avengers: Endgame.
"Dengan teori relativitas dari (Albert) Einstein, satu tiket perjalanan ke masa depan sangat mungkin dilakukan dengan berbagai cara. Masalahnya, perjalanan melintasi waktu ke masa lalu, sejauh yang kita bisa jelaskan, membutuhkan energi negatif fisik, yang kita tidak yakin apakah benar-benar ada," tulis Szydagis.
Selain Szydagis, Kok pun menyoroti soal mesin waktu yang membutuhkan energi yang besar untuk membuat lubang cacing (wormhole) di Bumi, sesuatu yang menurutnya mustahil.
Meskipun begitu, film Avengers: Endgame tetap menyajikan cerita yang luar biasa mengesankan, tepat dalam meletakan humor, hingga rasa haru yang membuat tak sedikit penontonnya merasakan katarsis, hingga menangis di akhir kisah.
(doa/doa)
ARTIKEL TERKAIT

'KKN di Desa Penari' Jadi Film Terlaris Setelah 'Avengers: Endgame'
Senin, 06 Jun 2022 18:15 WIB
Fans Sejati, Pria Ini Pecahkan Rekor Tonton 'Avengers: Endgame' 191 Kali
Selasa, 30 Mar 2021 08:00 WIB
Bioskop ini Beri Jeda 5 Menit Bagi Penonton 'Avengers: Endgame'
Kamis, 25 Apr 2019 17:01 WIB
'Avengers: Endgame' Tayang Besok, Bioskop Ini Buka dari Pagi
Selasa, 23 Apr 2019 19:41 WIB
BACA JUGA

Kegiatan Ini Bikin Novi Rizki Merasa Mirip Bintang Marvel Kate Bishop
Kamis, 30 May 2024 01:08 WIB
Marvel-Disney Sumbang Israel, Hulk Jadi Pahlawan Sebenarnya Bela Palestina
Kamis, 16 Nov 2023 10:51 WIB
Taylor Swift Dirumorkan Gabung Film 'Deadpool 3', Sutradara: Bisa Dicoba
Rabu, 08 Nov 2023 12:00 WIB
UPCOMING EVENTS
Lebih lanjut
detikNetwork
VIDEO
TERKAIT
TERKAIT
POPULER