Tayang Hari Ini, Berikut 5 Fakta 'How to Train Your Dragon 3'

Seri terakhir ini diketahui berkolaborasi dengan pemenang Oscar dalam pengrarapannya di antaranya, Roger Deakins, Walvoord, dan VFX. Mereka diminta untuk membuat scene medetail serta gambar seolah-olah nyata dan representasif dari kisah sesungguhnya agar bisa dinikmati penonton. Dalam penggarapannya, How To Train Your Dragon: The Hidden World dihiasi desain 65 ribu naga dan 68 juta jamur. Franchise terakhir produksi DreamWorks Animation ini berusaha tampil sempurna dengan menggaet komposer John Powell dari studio nomor satu yang terkenal di Inggris, Abbey Road Studios. Dalam film ini Powell akan bekerja sama dengan 98 musisi pilihannya yang sudah bersama sejak sepuluh tahun terakhir. Film How To Train Your Dragon: The Hidden World ini terdiri dari sekitar setengah miliar file digital. Film produksi DreamWorks Animation ini memang sangat bergantung pada teknologi.

Di beberapa bagian 'Dunia Tersembunyi', terdapat lebih dari 100.000 file digital untuk satu frame tunggal. Usaha besar ini tentu saja berkat prosesor di lokasi kampus DreamWorks, Glendale, yang menampung 48.000 core pemrosesan. Dengan kapasitas teknik DeBlois yang memadai, tim produksi How To Train Your Dragon: The Hidden World mengambil tahap selanjutnya dalam pembuatan Grand Landscape dan pemandangan. Hal ini bisa kita lihat dalam pemandangan memukau 'Dunia Tersembunyi' dalam film.

Nantinya, di sekitar kaldera, penonton akan ditunjukan air terjun yang mengalir dan dedaunan yang bercahaya. Serta di Berk yang menjulang setinggi 52.000 kaki yang diisi dengan pepohonan dan awan yang tebal. How To Train Your Dragon: The Hidden World ini merupakan akhir dari trilogi film garapan DeBois. Dalam film penutup ini juga, penulis cerita aslinya, Cressida Cowell, turut mengucapkan perpisahan pada penggemar.

Dalam ucapan perpisahan ini, Cowell menulis, "Itu tidak bisa dipercaya, itu berasal dari kisah masakecilku. Dan Pulau Berk adalah tempat yang nyata di mana aku tumbuh sedari kecil. Stoick itu berasal dari hubunganku dengan ayahku. 'Inilah naga-naga saat aku kecil' adalah kata pembuka dalam buku yang aku tulis 20 tahun lalu. Saat aku memiliki anak, aku menceritakan dari sudut pandangnya yang sedang tumbuh, sekaligus melihat kembali masa kecilku, seperti Hiccup yang merupakan seorang ayah untuk Toothless. Tema-tema itu begitu terikat dengan kehidupanku sendiri, sehingga sangat pahit (ketika tahu ini kan berakhir)."